Imam Masjid Istiqlal: Jangan Kita Memitoskan Lailatul Qadar

Rep: MUHYIDDIN ./ Red: Agung Sasongko

Jumat 16 Jun 2017 15:00 WIB

Wakil Menteri Agama, Nasarudin Umar Foto: Agung Supriyanto/Republika Wakil Menteri Agama, Nasarudin Umar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar mengatakan, Lailatul Qadar sesungguhnya tidak ditetapkan kapan akan terjadi dan tidak ada petunjuk atau tanda-tanda kedatangan daripada malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan tersebut.

Menurut dia, jika ada yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi saat suasana malam yang tiba-tiba menjadi hening, maka hal itu hanya pendapat orang saja. Menurut Prof Nasaruddin, tidak ada hadis yang menjelaskan hal itu.

“Jadi, jangan kita memitoskan Lailatul Qadar. Yang kita cari itu bukan Lailatul Qadar tapi penciptanya Lailatul Qadar (Allah),” ujarnya saat dihubungi Republika.co,id, Jumat (16/6).

Ia mengingatkan agar umat tidak terlalu fokus mencari Lailatul Qadar, sehingga Allah dilupakan. Karena, menurut dia, Lailatul Qadar hanya makhluk yang diciptakan oleh Allah. “Pokoknya Lailatul Qadar itu bonus dari Allah setelah kita menemukan diri-Nya, bukan mencari Lailatul Qadar itu sendiri,” ucapnya.

Ia menjelaskan, Rasulullah memang tidak menjelaskan secara detail kapan Lailatul Qadar akan terjadi. Rasulullah hanya memberikan sebuah petunjuk bahwa Lailatul Qadar akan terjadi pada sepuluh hari terkahir Bulan Ramadhan, khususnya di tanggal ganjil.

Untuk mendapatkan Lailatul Qadar, menurut dia, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah dengan terus beribadah kepada Allah, baik di tanggal ganjil atau genap selama Ramadhan. Salah satunya dengan memperbanyak Qiyamul Lail atau shalat malam dengan beriktikaf di masjid.

“Ya memang kita dianjurkan untuk iktikaf tapi kalau di rumah shalat tahajud juga gak apa-apa dapat juga. Pokoknya di malam itu baik di dalam masjid ataupun di rumah yang penting kita bergadang untuk beribadah itu dapat. Ya kalau tidur, Lailatul Qadarnya datang, ya tidak dapat,” katanya.

Terpopuler