Bernuzul Memuliakan Syiar Allah SWT

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto

Jumat 16 Jun 2017 09:47 WIB

Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi Foto: Republika/Prayogi Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: TGH Muhammad Zainul Majdi

Bernuzul adalah bagian dari memuliakan apa yang pantas dimuliakan. Memuliakan syiar-syiar Allah SWT, hal-hal yang mulia, yang di dalamnya ada kemuliaan bagi kehidupan kita, dunia maupun akhirat, dan yang paling utama tentu Alquran sebagai pedoman bagi kita umat Islam memuliakan hal-hal yang mulia ini adalah bagian dari ketakwaan yang ada di dalam hati. Ada dua hal yang ingin saya sampaikan.

Pertama kita bernuzul adalah menunjukan kesyukuran kepada Allah SWT, syukur bahwa tidak hanya Alquran itu diturunkan kepada kita umat manusia, tetapi yang lebih dari itu, bahwa kita mudah-mudahan lahir batin termasuk min ummatil quran, ini kesyukuran yang paling besar.

Min ummatil quran itu artinya menjadi bagian dari umat Alquran, menjadi bagian dari umat Alquran itu membuka pintu kebaikan yang tidak ada batasnya. Karena Alquran itu sebagaimana kata Rasulullah SAW adalah ibarat mata air, ia tidak pernah kering, siapapun yang datang akan dapat hilang dahaganya.

Itu kesyukuran yang paling utama bahwa kita Alhamdulillah adalah min umatil quran  Mudah-mudahan kesyukuran kita ini dapat terefleksikan dalam kehidupan kita. Kalau kita syukur menjadi bagian dari ummatil quran maka mari kita pastikan Alquran ini bisa menjadi cahaya menginspirasi kita, bisa menjadi pedoman kita dalam kita bersikap, berucap di dalam melakukan apapun, dia menjadi pondasi, dia menjadi dasar, dia menjadi penyemangat; dan pendorong untuk kebaikan kebaikan yang kita lakukan. Kedua, nuzulul quran juga pengingat kepada kita, sudahkah kita belajar untuk beralquran dengan baik.

Alquran di dalamnya sebenarnya sumber, untuk apapun yang kita perlukan, dia jadi sumber menjadi pemimpin, bagaimana memimpin dengan adil. Prinsip Alquran mengajarkan kita bagaimana pemimpin untuk memimpin dengan adil. Alquran juga menjadi petunjuk yang terbaik bagi para pendidik di dalam melaksanakan tugas dan fungsi pendidikan, di dalam Alquran Allah SWT menyebutkan bahwa mendidik itu tidak hanya mengajar tapi ada proses tazkiah, mendidik itu juga masuk ke dalam hati, tidak hanya mengajar dua tambah dua samadengan empat, tapi juga menanamkan nilai yang baik bagi anak-anak.

Alquran juga menjadi guru bagi para suami bagaimana menjadi suami yang baik dengan cara-cara yang penuh kebaikan, juga bagi istri, jadilah istri yang shalehah, yang baik, yang memelihara kehormatan keluarga dan suami. Jadi Alquran sumber yang sangat aplikatif di dalam kehidupan kita. Maka nuzulul quran pengingat bagi kita termasuk di dalam kita berbangsa.

Kita berbangsa ini juga ada tuntunannya di dalam Alquran bahwa di dalam kita hidup di dunia dengan segenap keragaman yang ada, dengan kekayaan yang beragam dari sisi etnis suku agama, Allah SWT mengingatkan bahwa perbedaan di dunia itu tidak boleh menjadi sebab kita menjauh satu sama lain. Tapi justru adalah lahan atau medium yang sangat subur untuk kita satu sama lain belajar hal-hal yang baik saling mengisi, dan saling belajar.

Kita sebagai bangsa tidak boleh mencukupkan diri dengan apa yang ada di bangsa kita, kita belajar dari bangsa bangsa lain. Sebagai NTB yang sedang membangun, jangan sombong dan jangan gaya kita bisa membangun hanya dengan kemampuan kita sendiri.

Kita belajar dari provinsi-provinsi lain yang lebih maju, ada proses untuk bersama-sama kita salung belajar, maka jangan gengsi kalau kita masih banyak kekurangan. Merasa banyak kekurangan itu artinya adalah awal untuk proses mendapatkan yang lebih baik, proses untuk kita belajar, dan melakukan hal yang lebih baik di masa yang akan datang.

Terpopuler