Tradisi Kirab Seribu Tumpeng Sambut Malam Selikuran

Rep: Andrian Saputra/ Red: Yudha Manggala P Putra

Jumat 16 Jun 2017 04:50 WIB

Kirab Keraton Surakarta Foto: antarafoto Kirab Keraton Surakarta

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar kirab seribu tumpeng pada Kamis (15/6) malam. Kirab tersebut merupakan tradisi tahunan menyambut malam lailatul qadar atau disebut malam selikuran yakni sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Sebelum kirab dimulai, ulama, keluarga dan abdi dalem Keraton memanjatkan doa di pendopo Semarakata. Setelah itu dengan pengawalan ketat para prajurit, tumpeng diarak mulai dari Keraton hingga taman Sriwedari.

Selama perjalanan melintasi jalan Selamet Riyadi, tabuh gendang serta tembang-tembang dinyanyikan abdi dalem. Kirab seribu tumpeng mlam selikuran pun menyita perhatian warga dan pengguna jalan. Banyak pengendara terutama sepeda motor yang kemudian berhenti dan memarkirkan kendaraannya untuk mengikuti prosesi kirab tersebut.

Sesampainya di taman Sri Wedari, tumpeng yang dibawa dalam peti khusus itu pun ditata rapi di pendopo Sriwedari. Setelah itu ulama Keraton memberikan wejangan dan kirab seribu tumpeng pun ditutup dengan doa bersama. Nasi tumpeng pun dibagikan kepada masyarakat yang hadir mengikuti kirab malam selikuran.

Manterijero atau Juru Bicara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Pangeran Bambang Ary Pradotonagoro mewaliki Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Benowo menjelaskan, kirab seribu tumpeng pada malam selikuran memiliki makna mendalam.

Menurutnya kirab tersebut dilaksanakan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan atas keberkahan bulan suci Ramadhan. Lebih dari itu, kirab dilaksanakan untuk memuliakan malam dimana turunnya kitab suci Alquran.

“Malam selikuran merupakan malam penuh berkah, karena itu Keraton bersyukur dan sebagai wujudnya tumpeng sewu ini kami bagikan kepada masyarakat. Keraton juga bersyukur atas permasalahan-permasalahan yang bisa dilalui,” tuturnya.

Kirab seribu tumpeng malam selikuran dimulai selepas pelaksanaan shalat Tarawih dan berakhir sekitar pukul 11 malam. Lalu lintas sepanjang jalan Slamet Riaydi pun sempat mengalami kemacetan hingga peserta kirab sampai di taman Sriwedari.

Terpopuler