Syariat Islam Beri Kemudahan Ibadah dan Muamalah

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto

Rabu 14 Jun 2017 15:02 WIB

Guru besar Universitas Al Azhar Mesir Syekh Muhammad Nasr Addusuqi Al- Abbani tengah memberikan tausyiah tadi siang di Masjid Hubbul Wathan, NTB (Ilustrasi) Foto: Republika/Irwan Kelana Guru besar Universitas Al Azhar Mesir Syekh Muhammad Nasr Addusuqi Al- Abbani tengah memberikan tausyiah tadi siang di Masjid Hubbul Wathan, NTB (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Berbeda dengan syariat yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya, syariat Islam yang diturunkan kepada Rasulullah berisi berbagai kemudahan, baik dalam ibadah maupun mualamah.

Dalam Kajian Dzuhur 19 Ramadhan 1438 H di Masjid Hubbul Wathan, pada Rabu (14/6), Guru Besar Universitas Al-Azhar Mesir Syekh Muhammad Nasr Ad-Dusuqi Alabban menjelaskan, salah satu tujuan turunnya syariat (maqasid syariah) adalah mewujudkan kemudahan bagi manusia. Jika membandingkan syariat Allah kepada Rasulullah dengan syariat kepada nabi sebelumnya, syariat Rasulullah dipenuhi toleransi dan kemudahan.

Contohnya, pada syariat yang diturunkan untuk Musa dan pengikutnya, taubat harus dilakukan dengan membunuh diri. Taubat pada syariat Rasulullah cukup dengan menyesali diri atas dosa yang dilakukan, bertekad taat setelahnya, memutuskan semua koneksi terhadap maksiat terdahulu, dan mengembalikan hak orang lain jika dosanya terkait hak orang lain.

Contoh lain, pada syariah sebelumnya, najis dibersihkan dengan memotong bagian yang terkena najis. Cara membersihkan najis pada syariat Rasulullah hanya dengan membersihkan dan membasuh tempat yang terkena najis.

Dalam Alquran ada banyak dalil syariat Islam sangat mudah, contohnya puasa. Allah menyatakan pada al-Baqarah ayat 184, mereka yang bepergian (musafir) boleh tidak berpuasa saat Ramadhan karena Allah ingin memudahkan. Juga pada surat An-Nisa ayat 28, Allah hendak meringakan manusia dan Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah.

Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah menyatakan sesungguhnya Islam itu mudah dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali ia akan kalah.

''Islam itu indah kalau dijalankan dengan sebenar-benarnya, dengan mudah. Itu sebabnya Rasul menyebut akan binasa orang yang membuat agama ini jadi berat,'' ungkap Syekh Nasr.

Kalau hendak shalat tidak ada air, bisa tayamum. Bila tidak bisa shalat sambil berdiri, boleh duduk atau berbaring atau dengan isyarat.

Ada kisah tali yang dipasang Zainab di masjid. Rasul bertanya kepada sahabat siapa yang memasang tali itu. Sahabat menjawab tali itu dibuat Zainab untuk membantu dirinya agar mampu shalat sambil berdiri dan banyak. Rasul menyeru agar shalat dalam kondisi bugar. Bila lelah, boleh sambil duduk.

''Demikian kemudahan Islam. Jangan membuat kesulitan sendiri. Gunakan kemudahan yang Allah beri agar orang tak melihat Islam sebagai agama yang sulit,'' ucap Syekh Nasr.

Begitu pula dalam haji. Pernah Rasul menerima aduan ada kegiatan berhaji yang tidak seragam urutannya. Rasulullah menyuruh lakukan yang mudah dan jangan mempersulit diri.

Juga ada kisah seorang lelaki yang bernazar. Ada seorang lelaki bernazar akan berhaji dengan berjalan kaki sementara ia tidak mampu berjalan. Saat hajatnya terkabul, ia menjalankan nazar dengan meminta anak-anaknya memapahnya.

Hal itu dilihat Rasul. Lalu kepada orang itu Rasul mengatakan hal itu tidak dibenarkan karena menyiksa diri dan Allah tidak butuh yang seperti itu.

Selain soal ibadah, urusan muamalah juga harus dilakukan dengan kemudahan. Ini menegaskan Islam agama yang toleran dan mudah.

Ada kisah saat Rasul dan sahabat sedang nikmat berdzikir, tiba-tiba ada seorang badui masuk ke masjid dan buang air kecil di masjid. Sahabat geram, tapi Rasul malah membiarkan orang badui itu menyelesaikan urusannya.

Setelah itu Rasul meminta sahabat untuk mengambil air dan membersihkan bekas buang air kecil itu. Rasul lalu memanggil dan menasihati orang badui itu, tidak memarahi.

Rasul lalu berkata kepada sahabat, mereka ada untuk menjalankan kemudahan. ''Masalah itu selesai dengan nasihat Rasul, tidak dibahas lagi. Sederhana,'' kata Syekh Nasr.

Ada kisah pula seorang pemuda datang kepada Rasul dan minta izin berzina. Rasul tidak memukul, tapi memanggil dan bicara kepadanya dengan lembut. Rasul bertanya bagaimana kalau ibu, saudari, atau bibi si pemuda berzina? Pemuda itu menyatakan tidak terima kalau begitu. Rasul mengatakan bila pemuda itu tidak rela, maka keluarga lain pun tidak rela hal serupa.

''Sikap dan kisah-kisah Rasul amat menunjukkan Islam memberi kemudahan bukan sebaliknya,'' kata Syekh Nasr.

Terpopuler