REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Guna menstimulus kecintaan generasi muda terhadap museum, Museum Negeri NTB menggelar lomba Museum Bercerita. Pada lomba ini, peserta bisa bercerita tentang koleksi museum yang dianggap menarik. Petugas Museum Negeri NTB, Pipit Gunarti menjelaskan, lomba Museum Bercerita merupakan kontribusi Museum Negeri NTB dalam perhelatan Pesona Khazanah Ramadhan.

Peserta mengambil tema cerita dari koleksi museum. Museum Negeri NTB sendiri memiliki 7.968 barang koleksi. ''Pilihan tema bebas dan kami lihat positif semua. Tapi memang kalau spesifik pada satu koleksi tertentu lebih banyak yang bisa digali dan diceritakan kepada audiens,'' kata Pipit di Ballroom Masjid Hubbul Wathan, Selasa (13/6).

Lomba ini, kata Pipit, mendorong anak-anak untuk belajar tentang museum. Dengan begitu, ia berharap anak-anak bisa mencintai dan dengan senang hati bercerita tentang museum meski bisa jadi awalnya terpaksa.

Menjelang lomba, pihak Museum Negeri NTB banyak mendapati peserta yang datang ke museum dan menggali informasi dari petugas. Bila itu masih kurang, museum memilih banyak sumber materi dari buku. ''Museum itu jati diri kepribadian bangsa. Boleh ke mal, tapi museum jangan ditinggal. Museum sekarang itu teknologinya juga sudah canggih. Jadi ilmu tetap dapat dan teknologi tidak tertinggal,'' kata Pipit.

Total peserta lomba Museum Bercerita sendiri sebanyak 24 orang. Tiap peserta diberi waktu 10 menit. Meski hujan deras mengguyur dan Islamic Center sempat padam listrik sekitar 40 menit saat lomba berlangsung, antusiasme peserta tetap bagus.

Lomba sempat terhenti saat listrik padam dan baru dilanjutkan setelah normal. Menurut Pipit, anak-anak berani bercerita sudah jadi langkah awal yang sangat bagus. Bila ada yang juara, ia berharap itu jadi stimulus bagi anak-anak lainnya.

Di kesempatan terpisah, pemandu Museum Negeri NTB Hubertus Selasa mengatakan, Museum Negeri NTB punya program Museum ke Sekolah. Tujuan program ini adalah untuk menarik anak-anak kembali belajar ke museum. Program itu tak bisa berjalan maksimal bila tak didukung program sekolah untuk membawa anak-anak belajar di museum. Sebab, selama ini, anak-anak yang ke museum sifatnya sporadis dan pada waktu-waktu tertentu saja.