REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Puasa mendidik manusia untuk ikhlas, bersabar, bersyukur, bertakwa, dan merasakan pengawasan Allah (muraqabatullah). Ikhas sendiri merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Allah SWT.
Dalam Kajian Dzuhur di Masjid Hubbul Wathan pada Senin (12/6), Guru Besar Ilmu Hadis Universitas Kairo Mesir Syeikh Muhammad Nasr Ad-Dusuqi Al-Abbani menjelaskan, Allah tidak diuntungkan oleh ketaatan manusia dan tidak rugi juga bila manusia bermaksiat. Sebab Allah menyatakan manusia yang fakir dan butuh pada Allah.
Maka, yang mengambil manfaat puasa adalah manusia sendiri. Karena puasa tidak hanya mencegah dari makan minum dan syahwat tapi juga memuliakan akhlak. "Kita semua belajar akhlak mulia dari puasa. Itu harus," kata Syeikh Nasr.
Dari puasa ini, kata dia, manusia dididik untuk ikhlas, sabar, syukur, takwa, sadar akan pengawasan Allah, kesehatan, dan banyak hal lain. Rugilah mereka yang tidak mampu mengambil pelajaran dari puasa.
Puasa mendidik manusia untuk ikhlas, beramal semata-mata karena Allah. Bisa saja seseorang mengaku puasa dan makan diam-diam, padahal Allah mengawasi.
Pekerjaan yang Allah sandarkan pada diriNya adalah puasa. Sebab Allah ingin mengajarkan manusia tentang ikhlas.
"Keikhlasan adalah rahasia hamba dengan Allah. Keikhlasan akan membawa keselamatan dunia akhirat," ucapnya.
Dalam sebuah kisah, Rasul mengatakan, ikhlas adalah sebab keselamatan dunia akhirat. Ini tampak dalam kisah tiga lelaki yang terperangkap di gua dan bertawasul menggunakan keikhlasan amal mereka untuk memohon pertolongan Allah.