Bacalah Alquran, Insya Allah akan Tenteram dan Tenang

Red: Agung Sasongko

Senin 12 Jun 2017 12:39 WIB

Alquran Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menjadi Muslim di Eropa tidaklah mudah. Godaan hidup ala Barat yang serba bebas jadi tantangannya.

Sepanjang saya bertugas di Roma, Italia, penting untuk membentengi komunitas Muslim, seperti diaspora Indonesia di Italia, dengan nasihat keagamaan yang menenteramkan, menyejukkan, mencerahkan, dan menyentuh.

Hal tersebut diamini salah seorang staf KBRI Roma, Adnan. Menurutnya, dakwah yang digeliatkan kurang tepat bila hanya membuat resah. Seperti menyinggung politik. “Berilah nasihat-nasihat yang menyejukkan dan sederhana. Jangan yang berat-berat, yang dasar saja dan meringankan,” kata Adnan kepada saya.

Alhamdulillah, sudah dua pecan saya menjalankan tugas sebagai dai ambassador di Italia. Masih dari Roma saya menyampaikan tentang perlunya pengajian Alquran teruntuk khususnya keluarga staff KBRI dan umumnya untuk masyarakat Muslim di Roma.

Selama dua pekan ini, saya mengamati dan mempelajari keadaan dan kebiasaan keagamaan di sini. Ternyata masalahnya adalah, masih kurangnya tenaga pengajar alquran. Kasihan anak-anak yang tadinya sudah pernah bisa membaca Alquran di Indonesia, sesampainya di Roma karena ikut orang tua, lama-kelamaan lupa.

Paling tidak, ada guru pembimbing agar mereka bisa menjaga kemampuan membacanya, syukur-syukur bisa melancarkan dan menghafalkannya.

Memang sekarang sudah ada pengajian di masjid Roma setiap Ahad, yang dipandu oleh Ustaz Adnan, tetapi masih belum bisa menutupi kebutuhan keagamaan Muslim Indonesia. Harus ada tambahan guru yang bersedia ditempatkan di sini untuk membimbing keagamaan dan mengajarkan bacaan Alquran.

Karena dengan agama insyaallah akan tentram. Dengan bacaan Alquran akan tenang.

Setiap usai shalat, sebelum mengisi kajian, saya biasakan untuk membaca dzikir bersama-sama. Semua membaca dengan suara yang lantang. Terdengar sekali keasyikkan membaca kalimat-kalimat dzikir tersebut. Memperbanyak istighfar, membaca tasbih, tahmid, takbir sebanyak 33 kali diakhiri dengan Hauqolah.

Dilengkapi dengan doa-doa yang memohonkan keberkahan dan kebaikan dunia akhirat. Bersama-sama jamaah mengaminkan. Terasa damai sekali. Indah menyenangkan. Sepertinya inilah waktu yang paling berharga untuk menentramkan hati setelah disibukkan dengan pekerjaan yang menyita waktu.

Dzikir bersama seperti inilah yang dibutuhkan di tengah minoritas, yang tidak pernah terdengar alunan murottal alquran. Bukan hanya sebagai bacaan yang menetramkan, tetapi ini juga sebagai bentuk pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak tentang doa-doa harian yang mereka hafalkan. Salah satunya adalah doa untuk orangtua. Allahummaghfilii waliwalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii sghiiroo.

* Dai Ambassador Cordofa 2017, Tidim LDNU, Guru PAI SMA YPK Bontang. Penulis Buku: Amroden Belbre; Perjalanan Dakwah 45 hari di Eropa Fathul Khoir; Metode Mudah Memahami Ilmu Tajwid

 

 

 

Terpopuler