REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Lombok menyandang predikat Pulau Seribu Masjid lantaran banyaknya masjid yang berdiri di pulau ini. Mayoritas bentuk masjid di Lombok memiliki disain bangunan yang memiliki kesan megah dengan dilengkapi menara-menara yang menjulang tinggi.
Menariknya, ada sebuah mushala yang tampil beda dengan disain bangunan menyerupai wihara atau klenteng. Namanya Mushala Al Ridwan yang terletak di sebuah bukit di Dusun Jurang Malang, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB.
Disain mushala ini sangat mencolok dengan dominasi warna merah dan juga berada di atas bukit. Berdiri di atas lahan seluas 90 are atau kurang dari 1 hektare, kompleks Mushala Ridwan terbagi dalam beberapa area, mulai dari area parkir, tempat wudhu, dan beberapa berugak (gazebo) untuk jamaah atau wisatawan bersantai.
Untuk mencapai mushala yang berada di atas bukit ini, terdapat dua buah tangga yang berpangkal dari dasar bukit. Namun, kedua tangga beton tersebut menyatu dan berujung di depan pintu halaman atas mushala.
Adapun luas mushala tersebut sekitar 15 meter kali 12 meter. Bagian dalamnya hanya terdiri atas ruang sholat dengan ruang khusus untuk imam pada bagian depan.
Arsitek dari Cina merancang mushala ini dengan kolaborasi budaya Cina dengan nilai-nilai Islami. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya kaligrafi yang terpampang di sejumlah dinding mushala.
Untuk informasi, mushala pun dilengkapi dengan tulisan tentang sejarah mushala. Tidak hanya unik, mushala ini pun menawarkan panorama alam Lombok yang indah ditambah dengan kesejukan alam di sekitar mushala lantaran terdapat banyak pohon rimbun di sekitarnya.
Musala tersebut didirikan mualaf keturunan Cina, Ang Thian Kok atau Haji Muhammad Maliki dengan istrinya, Tee Mai Fung alias Hj. Siti Maryam. Maliki mengatakan mushala tersebut dibangun pada 2002 hingga 2010. Lamanya pembangunan tak lepas dari disain mushala yang dikerjakan oleh arsitek dari Cina. Baru pada 2010 mushala ini akhirnya resmi dibuka.
Mualaf Kelahiran Mataram, 20 April 1948 ingin menampilkan tempat ibadah dengan gaya berbeda namun mewakili identitas etnik dan leluhurnya. Dia menilai selama ini banyak juga tempat ibadah seperti masjid dan mushala yang bergaya arsitektur eropa dan juga timur tengah.
Awalnya mushala ini bernama Mushala Maliki, tidak lama kemudian diubah menjadi Mushala Ridwan. Semua berawal dari mimpinya yang melihat tulisan Ridwan dalam buah kelapa muda.
"Ini bukan untuk ibadah saja, bisa untuk pertemuan. Siapa saja boleh berkunjung walaupun lain agama, tidak dilarang," ujar Maliki kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Ahad (11/6).
Maliki menuturkan, idenya membangun mushala ini mendapat dukungan penuh dari warga sekitar. Dia berharap, kehadiran mushala ini selain sebagai fasilitas ibadah, mampu mendorong perekonomian warga sekitar. Maliki mengharapkan mushala Ridwan menjadi objek wisata religi di Pulau Lombok.