Tantangan Menikmati Ramadhan di Negeri Minoritas Muslim

Red: Agung Sasongko

Jumat 09 Jun 2017 21:14 WIB

Turis sedang mengambil gambar bangunan paling ikonik Taiwan yakni Taipei 101. Foto: EPA Turis sedang mengambil gambar bangunan paling ikonik Taiwan yakni Taipei 101.

OLEH: Ustaz Budy Budiman, Dai Ambassador Taiwan 2017

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivitas tahunan yang dilaksanakan selama bulan Ramadhan diantaranya adalah shalat Tarawih. Di Indonesia masyarakat selalu berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakannya, apalagi di malam awal-awal bulan Ramadhan.

Adakalanya masjid tidak menampung, bahkan shaf shalat selalu melebar ke  halaman masjid, sungguh fenomena yang luar biasa menyaksikan antusias umat islam yang ada di Indonesia pada bulan Ramadhan, terutama di daerah-daerah pedesaan.

Ada sesuatu yang berbeda, ketika penulis melaksanakan puasa Ramadlon di negara yang beretnis china, yaitu Taiwan, dimana umat islam berjumlah mikro, itupun asal dari Indonesia. Perjuangan yang luar biasa bagi umat islam yang melaksanakan puasa Ramadhan di China Taipei atau Taiwan. Mereka berusaha melaksanakan kewajibannya berpuasa di tengah masyarakat yang tidak berpuasa.

Di malam hari melaksanakan tarawih tidak berbondong-bondong ke masjid tapi memanfaatkan ruang yang cukup luas agar mereka bisa berjamaah. Itulah pengalaman penulis ketika malam pertama tiba di Taiwan dan memimpin shalat Tarawih berjamaah di ruang kantor shelter house milik KDEI tempat penampungan para BMI yang sedang bermasalah dengan hukum ataupun sedang menunggu visa.

Syukur senantiasa harus menjadi sebuah ungkapan bagi umat islam di Indonesia yang bisa melaksanakan aktivitas keagamaannya di masjid-masjid, dan Sabar harus selalu jadi pegangan bagi umat Islam yang melewati Ramadhan-nya di negara minoritas Muslim.