Ramadhan Sekarang dan Kemarin di Saudi

Red: Agus Yulianto

Jumat 09 Jun 2017 17:14 WIB

Menanti berbuka puasa di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi (Ilustrasi) Foto: Arab News Menanti berbuka puasa di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Dengan banyak kebiasaan dan tradisi, dari tahun ke tahun, Ramadhan telah mengalami perubahan gaya hidup dan kebiasaan. Gaya hidup yang serba cepat serta kecenderungan untuk mengandalkan teknologi dan pengaruh media sosial semakin meningkat. Hal ini yang menjadi kontribusi terhadap perubahan.

Berbicara tentang kebiasaan Ramadhan, dikutip dari Saudi Gazette (9/6), Abu Nasser pria berusia 60 tahunan, asal Saudi, yang ingat bagaimana dia menghabiskan Ramadhan di masa mudanya. "Ramadhan saat generasi saya, mengutamakan ibadah dan pertemuan keluarga,” ujarnya.

“Ini adalah bulan untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah melalui doa, membaca Alquran, mencari pengampunan dan memberi sedekah,” katanya menambahkan.

Naseer dan teman-temannya saat mudanya menggunakan sisa waktu untuk pertemuan sosial dengan keluarga besar. Bahkan, yang biasanya tidak mereka temui selain di bulan Ramadhan.

Laki-laki berumur 60 tahunan itu mengaku, bahwa generasinya lebih menghargai kekerabatan. Orang-orang melakukan yang terbaik untuk mengundang saudara-saudara mereka yang masih tinggal.

Namun, sekarang, tradisinya telah berubah drastis. Semua orang duduk dengan iPad dan smartphone mereka, menonton acara favorit atau berbagi makanan di media sosial. Sayangnya, saat ini, hanya televisi yang bisa mempertemukan anggota keluarga kecil sekalipun.

Naseer membandingkan, jika dulu para wanita di keluarga yang sibuk membuat hidangan berbuka puasa di dapur. Sekarang, banyak ibu rumah tangga dengan mudah memesan makanan restoran atau membeli hidangan yang dijual menjelang berbuka puasa.

Dia percaya, bahwa Ramadhan sekarang penuh dengan gangguan seperti televisi, teknologi, pusat perbelanjaan dan hiburan. "Semua faktor ini mengalihkan fokus kita dari dasar-dasar Ramadan dan orang tua juga terganggu,” katanya. “Jadi mereka tidak tahu apa yang dilakukan putra dan putrinya di bulan Ramadhan," tegasnya.

Di sisi lain, Sultan (20), percaya bahwa Ramadhan hari ini jauh lebih baik daripada sebelumnya. Memang benar jika pertemuan jauh lebih sedikit, tetapi undangan untuk berbuka puasa dan sahur bersama tetap menjadi prioritas utama keluarga Saudi.

Sultan mengatakan, bahwa dia menggunakan media sosial untuk membagikan momen-momennya di bulan Ramadhan dan tetap terhubung dengan anggota keluarganya. "Kita bisa memiliki cara pertemuan yang berbeda, tetapi gaya hidup kita lebih fleksibilitas," katanya.

Soal makanan di bulan Ramadhan Sultan berkata "Tentu saja, kita tidak bisa membuang masakan tradisional kita seperti jirish, kabsa dan samosa,” sambungnya. “Tapi kita punya masakan baru dari seluruh dunia, itu bagus,” pangkasnya.

Sultan mengaku, dia terkadang memesan makanan melalui instagram dari juru masak yang menyiapkan masakan dari berbagai negara. Namun, sesekali dia juga pergi ke tenda Ramadhan di berbagai hotel dan menikmati hidangan yang bisa ia beli.

Teknologi, termasuk media sosial dan aktivitas hiburan bagi Sultan membantu untuk bertemu dengan tokoh inspirasional dan bakat unik yang tersembunyi dari pandangan yang tidak dapar dicapai di masa lalu. "Hidup akan menjadi membosankan jika kita hanya memiliki satu atau dua hal yang harus dilakukan baik di bulan Ramadhan atau bulan-bulan lainnya dalam setahun,” kaanya.

Menurutnya, semakin banyak kesempatan yang harus dijelajahi, maka semakin baik, kuat dan sehat kepribadian diri masing-masing.

Terpopuler