Wisata Halal, Konektivitas Udara Jangan Diabaikan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Didi Purwadi

Kamis 08 Jun 2017 23:13 WIB

Pantai Ampenan di Kota Tua Ampenan, Mataram, NTB. (ilustrasi) Foto: Republika/Yasin Habibi Pantai Ampenan di Kota Tua Ampenan, Mataram, NTB. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dengan kompetisi yang ketat dengan negara lain termasuk kawasan ASEAN untuk unggul di dalam wisata halal, konektivitas udara tidak bisa diabaikan. Dengan sasaran originasi Negara-negara Kawasan Teluk (GCC), semua pihak harus aktif membujuk mereka masuk destinasi wisata halal.

Konsultan Maskapai Penerbangan, Farshal Hambali mengatakan, Global Muslim Travel Index (GMTI) yang menjadi acuan wisata halal internasional menaruh konektivitas udara dan fasilitas bandara sebagi komponen penilaian daya saing. Di wisata, aksesibilitas jelas penting, apalagi untuk daerah terpencil. Bukan hal aneh di otoritas wisata pusat dan daerah di luar negeri ada petugas khusus konektivitas udara.

Sasaran pasar wisata halal Indonsia adalah GCC. ''Semua komponen termasuk otoritas transportasi udara harus terlibat aktif untuk membawa maskapai-maskapai GCC ke Lombok. Apalagi, slot di Bandara Internasional Lombok masih luang,'' kata Farshal dalam Rembuk Republik dengan tajuk Kontribusi Wisata Halal dalam Pembangunan Nasional di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (8/6).

Qatar Airways terbang ke Bali tiga kali sehari dan Emirates sekali sehari ke Bali. Jarak Bali dan Lombok dekat dan bisa dijangkau jalur laut. Tapi ke depan, konektivitas udara Bali ke Lombok harus dikembangkan.

''Coba mulai pelan-pelan. Perlu juga disediakan insentif untuk mereka, biasanya berupa bantuan promosi,'' kata Farshal.

Insentif lainnya adalah diskon aneka biaya maskapai di bandara. Insentif itu jadi investasi terukur dan akan tertutup dengan devisa yang masuk.

Thailand sangat serius di wisata halal dua tahun ini. Ada sekitar 50 maskapai masuk ke Thailand dan dari sana mereka kembangkan wisata halal.

Terpopuler