Sertifikasi Halal Jadi PR Wisata Halal Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Didi Purwadi

Kamis 08 Jun 2017 22:22 WIB

Pengunjung mengunakan sampan menikmati keindahan Pantai Sengigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) Ahad (13/12). Foto: Republika/Agung Supriyanto Pengunjung mengunakan sampan menikmati keindahan Pantai Sengigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) Ahad (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sertifikasi halal jadi pekerjaan rumah sendiri bagi wisata halal Indonesia. Karena halal berevolusi menjadi gaya hidup, sertifikasi halal juga meluas.

Ketua Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), Priyadi Abadi mengatakan, dari pandangannya sebagai praktisi, Indonesia punya banyak PR wisata hal, terutama sertifikasi halal. Setidaknya ada enam komponen kebutuhan wisata halal yang harus dipenuhi yakni makanan, fasilitas shalat, fasilitas bersuci dengan air, layanan saat Ramadhan, sertifikat halal, dan fasilitas rekreasi privat.

Saat ini, halal bukan sebatas makanan. ''Halal sekarang berevolusi juga masuk ke sektor riil, jasa keuangan, pariwisata hingga akhirnya jadi gaya hidup,'' kata Priyadi dalam Rembuk Republik dengan tajuk Kontribusi Wisata Halal dalam Pembangunan Nasional di Ballroom Masjid Hubbul Wathan, Mataram. Nusa Tenggara Barat (Barat), Kamis (8/6).

Masih banyak travel Indonesia yang bermain di pasar haji dan umrah meski ramai sekali. Sayang, mereka kurang mendalami wisata halal dan pemain di pasar wisata halal masih terbatas.

''Sekitar 5-10 tahun lalu jarang ada wisata halal,'' katanya. ''Sekarang halal sudah jadi gaya hidup.''

Harus diakui, wisata halal Indonesia masih tertinggal dari negara-negara Kawasan ASEAN seperti Malaysia dan Thailand. Thailand sangat siap menyambut wisatawan Muslim dengan aneka layanan. Hal semacam itu perlu didukung regulasi dimana wisata halal harus dipandang sebagai nilai tambah.

Terpopuler