Omzet Pedagang Beduk Meningkat

Rep: Muhamad Fauzi Ridwan/ Red: Yudha Manggala P Putra

Kamis 08 Jun 2017 15:37 WIB

(ilustrasi) Pedagang kulit bedug. Foto: REPUBLIKA FOTO/Edwin Dwi Putranto (ilustrasi) Pedagang kulit bedug.

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Pedagang Beduk yang berjualan di Jalan Raya Terusan Al Fathu-Soreang, Kabupaten Bandung Budi Bahrul Ulum (43) mengungkapkan memperoleh omzet penjualan yang meningkat selama bulan puasa Ramadhan 1438 Hijriah. Total sebanyak 50 beduk beragam ukuran yang dipesan orang kepadanya.

“Mereka yang membeli ke saya biasanya perwakilan mesjid. Ada juga yang hanya sekadar memperbaiki atau mengganti kulit. Pemesan ada yang dari Kabupaten Bandung maupun luar daerah,” ujarnya, Kamis (8/6).

Menurutnya, harga jual beduk kepada konsumen dari kulit kerbau dan sapi itu beragam. Harga paling murah Rp 100 ribu dengan diameter 40 sentimeter hingga Rp 8 juta yang memiliki diameter 1,5 meter. Selain itu, bahan lain yang dipakai adalah drum bekas berdiameter 60 persen. Ia juga menjual beduk berbahan kayu mahoni seharga Rp 8 juta.

Ia menuturkan, membuat sebuah beduk relatif tidak mudah sebab membutuhkan proses yang bertingkat. Dimana, tahap awal membuat beduk adalah mulai dari penyamakan atau membersihkan kulit dari sisa-sisa lemak, kemudian dijemur, lalu direndam air, dijemur kembali.

Kemudian dipasang di atas drum atau tong kayu, kemudian dijemur kembali hingga kering dan mengeluarkan suara nyaring dan "ngebas" sesuai yang diinginkan.

Dirinya menambahkan dari setiap lembar kulit kerbau atau sapi mampu menghasilkan empat buah beduk berdiameter 60 sentimeter. Bahan kulit yang dipakai untuk beduk pun harus berkualitas bagus, tidak boleh ada sobek atau cacat. Sehingga, dari mulai proses awal, yakni penyamakan harus dilakukan hati-hati.

Terpopuler