Umat Diajak Kenali Diri, Hindari Materialisme Fisik

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto

Rabu 07 Jun 2017 14:57 WIB

Ribuan warga Mataram beribadah Shalat Tarawih pertama di Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center NTB, Jumat (26/5) malam. Foto: Muhammad Nursyamsi Ribuan warga Mataram beribadah Shalat Tarawih pertama di Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center NTB, Jumat (26/5) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Umat Islam diajak mengenali agar bisa mengenal Allah. Dengan mengenal diri, manusia jadi tidak terjebak pada materialisme fisik.

Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI, Ustaz Wahfiudin Sakam menjelaskan, hal pertama untuk mengenal diri adalah dengan memahami dulu arti nafs. Selama ini nafs punya arti yang cenderung negatif. Padahal, nafs berarti diri. Sementara gejolak jiwa yang merusak adalah hawa seperti dalam surat Shad ayat 26. Hawa yang kemudian bisa berusak jiwa kemudian diistilahkan hawa nafsu.

"Jadi yang bahaya adalah hawa, bukan nafs. Banyak yang keliru. Hawa itu keinginan dasar seperti makan, minum, reproduksi, termasuk keinginan berekspresi," ungkap Ustaz Wahfiudin dalam kajian ba'da Dzuhur di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center, Mataram, NTB, Rabu (7/6).

Manusia memiliki fisik berupa jasad. Untuk menghidupkan jasad, butuh ruh. Allah memberikan daya hidup dan hawa yang bergabung jadi satu dengan fisik yang disebut basyar.

Nafs berarti diri dan bukan hanya badan, tapi ada juga ruh. Allah mengingatkan dalam surat al-Insan ayat 1 dimana Allah menjadikan insan dalam satu wujud yang belum bisa disebut. Dengan begitu, hakikat insan yang pertama adalah ruh atau jiwa. Saat belum jadi janin, Allah sudah menciptakan manusia berupa ruh.

"Kalau khalifah di bumi berupa ruh, sulit menjalankan tugasnya. Maka ruh itu dimasukkan dalam basyar," kata Ustaz Wahfiudin.

Dalam surat Shad ayat 71 Allah menciptakan basyar dari tanah dan ditiupkan ruh ke dalamnya. Diri manusia yang mengemban misi dari Allah adalah ruh sementara basyar hanya bungkus. Begitu basyar mati, ruh keluar sehingga wafat seperti dalam surat al-An'am ayat 60-61.

"Semua pasti mati. Tapi kematian bukan kemusnahan. Basyar menyatu dengan bumi, tapi ruh dibawa ke alam barzakh," ungkap Ustaz Wahfiudin.

Kalau ruh tidak mati, maka kematian tidak harus ditakuti. Kecuali bisa manusia menganggap dirinya tubuh saja, maka mati jadi menakutkan. "Justru bagi mukmin, kematian adalah gerbang indah berjumpa dengan Allah," kata Ustaz Wahfiudin.

Rasul itu contoh terbaik untuk menjumpai Allah dengan banyak mengingat Allah. Orang yang dalam dirinya ada tauhid, akan masuk surga, termasuk orang yang berdosa setelah dosa dibersihkan dulu.

Ruh dan hawa selalu bersaing. Manusia yang membiarkan ruhnya kotor dan melemah mudah dikuasai hawa. Makin dikuasai hawa, makin mudah dikuasai setan. Setan mendorong untuk manusia pun keinginan ini itu dengan cara melawan batas. Ini yang disebut nafs amarah.

"Nafs amarah itu tidak marah-marah, tapi melampaui batas yang kadang dengan cara yang sopan dan ramah. Amarah itu dorongan atau suruhan," tutur Ustaz Wahfiudin.

Bila kemudian setelah itu manusia ia menyesali kesalahan dirinya, inilah yang disebut nafs lawwamah. Kalau ia sungguh bertaubat, Allah akan mengampuni dan memasukkan nafs mutmainnah ke dalam dirinya.

Terpopuler