Bedanya Puasa dan Starvasi?

Red: Agung Sasongko

Selasa 06 Jun 2017 12:00 WIB

Ramadhan Foto: IST Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pakar nutrisi mendefinisikan starvasi sebagai pantangan mengonsumsi makanan dan minuman sekaligus. Baik secara total maupun sebagian dalam waktu pendek maupun panjang.

Dari pengertian ini, tampak starvasi mirip dengan puasa. Namun secara substansi, puasa Islam berbeda dengan starvasi. Puasa Islam diartikan sebagai menahan diri untuk tidak makan, minum, bersetubuh sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dan disertai niat.

Pada umumnya, literatur-literatur kedokteran menyebut puasa sama dengan starvasi. Hal ini akhirnya menimbulkan salah kaprah. Karena dalam beberapa kasus para dokter telah menyepakati starvasi cukup berbahaya sementara puasa Islam tidak.

Seperti dilansir dari buku 'Terapi Puasa', Dr. Abdul Jawwad ash-Shawi menyebut literatur kedokteran mengklasifikasikan starvasi jadi jangka pendek dan panjang. Jangka pendek dilakukan antara dua hingga tujuh hari. Starvasi biasanya hanya melarang makan. Sementara minum masih diperbolehkan.

Di fase ini, produksi glukosa meningkat tiga kali lipat. Penguraian protein juga meningkat. Dengan demikian, terciptalah keseimbangan nitrogen negatif yang penting namun sebagian besar terbuang dalam bentuk urin atau air kencing.

Produksi zat keton pun meningkat karena asam lemak banyak keluar dari jaringan lemak. Sebagian besar diarahkan menuju liver untuk diolah lagi jadi energi. Starvasi ini menyebabkan tubuh bekerja keras untuk menyediakan energi dalam jumlah besar.

Dalam starvasi jangka panjang, tidak makan dilakukan hingga dua sampai enam minggu. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan tingkat rata-rata penguraian protein dan sekresi. Tapi penguraian lemak semakin meningkat untuk menjamin ketersediaan energi.

Jika diurutkan, tubuh mengambil energi pertama kali dari cadangan glikogen, kemudian protein dan terakhir lemak. Sehingga tingkat kemampuan starvasi jangka panjang tergantung pada jumlah lemak yang tersimpan dalam jaringan lemak tubuh.

Meski dinilai cukup membahayakan, starvasi juga mencatat pengaruh positif. Penulis buku 'Terapi Pengobatan dengan Puasa', HM Shelton menyebut starvasi bisa memberi kenyamanan fisiologis pada organ tubuh. Selain itu menetralisir racun dan residu, meremajakan sel jaringan, terapi penyakit, dan meningkatkan ketajaman organ indera dan perasaan.

Terpopuler