Butuh 2 Hari Perjalanan demi Ramadhan Bersama Suku Togutil

Red: Irwan Kelana

Selasa 06 Jun 2017 08:01 WIB

Masyarakat Togutil saat mengolah pohon sagu untuk jadi bahan makanan. Foto: Dok BMH Masyarakat Togutil saat mengolah pohon sagu untuk jadi bahan makanan.

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA --  Suku Togutil merupakan suku terasing yang hidup di pedalaman hutan Halmahera, Maluku Utara. Meskipun Indonesia lebih dari 70 tahun merdeka, sebagian besar suku ini masih belum bisa berbahasa Indonesia.

Bisa dibayangkan, tentu saja mereka juga sangat membutuhkan akselerasi untuk bisa bermasyarakat sebagaimana kita pada umumnya. Karena masyarakat Togutil sangat tertinggal dalam segala sisi kehidupan.

"Oleh karena itu, meskipun Ramadhan, BMH Pusat menerjunkan tim untuk langsung ke lokasi," ungkap Ketua Umum Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah Marwan Mujahidin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (6/6).

Tim Ramadhan Bersama Suku Togutil, Selasa  siang ini (6/6) akan bergerak ke lokasi yang berada di Desa Woda Kecamatan Oba,  Kabupaten Tidore Kepulauan yang memakan waktu perjalanan selama dua hari.

Kedatangan tim ke lokasi juga membawa beragam paket bantuan untuk buka bersama dan melihat langsung sebagian dari kondisi masyarakat Togutil untuk pemberdayaan berkelanjutan, baik dari sisi pengembangan sumber daya manusia (SDM)  maupun pembangunan di sektor lain. Hal itu  agar masyarakat Togutil bisa terintegrasi dengan masyarakat lain pada umumnya.

"Hari ini, insya Allah tim berangkat ke lokasi. Atas berbagai pertimbangan, lokasi buka bersama yang juga akan dilanjutkan dengan prosesi syahadat 30 orang lagi dari masyarakat Togutil maka acara buka bersama kita laksanakan,  di kampung terluar,” ujar dai tangguh BMH di Ternate Nur Hadi.

Jadi, kata dia,  tidak masuk ke jantung dimana masyarakat Togutil hidup. “Sebab ini tidak memungkinkan karena tim berpuasa, selain juga sarana prasarana tentu sangat tidak memadai. Kecuali situasi dan kondisi benar-benar kondusif kita bisa tetap upayakan ke pusat kegiatan masyarakat di hutan," ujar Nur Hadi.

Ia menambahkan, selain untuk program buka puasa bersama dan penyerahan paket bantuan BMH sendiri menargetkan proses assessment secara lebih menyuruh.

Marwan mengatakan, masyarakat Togutil  tidak mungkin dibina dalam sekali program. “Dibutuhkan program berkelanjutan dan memanggil banyak pihak untuk terlibat, mulai dari para ahli, tertutama pemberdayaan masyarakat dan pertanian, kemudian para muzakki, relawan dan tentu saja unusur masyarakat guna mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya di masyarakat Togutil ini," urai Marwan Mujahidin.

Lebih jauh, Marwan menjelaskan bahwa membantu kehidupan Suku Togutil untuk berbudaya dan berperadaban merupakan tugas universal seluruh umat manusia.

"Suku Togutil ini adalah kondisi konkret yang memanggil nurani kita sebagai manusia dalam menerapkan nilai-nilai universal dalam membangun masyarakat beradab. Untuk itu, bersama dai tangguh, BMH berkomitmen untuk melangsungkan program berkelanjutan, terintegrasi dan transformatif," papar Marwan.

Terpopuler