Buka Puasa dengan Fast Food, Ini Tanggapan Muslim Saudi

Rep: mgrol96/ Red: Didi Purwadi

Selasa 06 Jun 2017 00:17 WIB

Muslim di Jeddah, Arab Saudi, berbuka puasa Ramadhan bersama-sama. (ilustrasi) Foto: Reuters Muslim di Jeddah, Arab Saudi, berbuka puasa Ramadhan bersama-sama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Warga Saudi menyukai makanan cepat saji, namun sebenarnya makanan cepat saji khas Amerika tidak sesuai dengan makanan tradisional Timur Tengah. McDonald’s, Hardee’s dan KFC disebut sukses besar di negara Timur Tengah, tetapi sebenarnya rantai makanan cepat saji Amerika tidak begitu cocok dengan ritual Ramadhan di Timur Tengah.

Makanan cepat saji menarik perhatian orang puasa selama bulan suci Ramadhan dengan harga yang lebih rendah dan penawaran all-you-can-eat (semua bisa kamu makan). Tapi, apakah itu cukup mampu untuk menggantikan makanan rumahan ayam goreng dengan pizza?

Dilansir dari Arab News pada Ahad (4/6), makanan cepat saji memberikan kepuasan instan bagi keluarga saat mereka bepergian. Terutama bagi para pengendara yang dalam perjalanan pulang kerja saat mereka terburu-buru menyantap makanan dan langsung melanjutkan shalat malam.

Tetapi faktanya, saat bulan puasa sebagian besar keluarga di Jeddah lebih memilih makanan rumahan dibanding fast food. Naif Al-Jabally, seorang supervisor untuk salah satu restoran McDonald's di Jeddah, mengatakan bahwa selama bulan Ramadhan sebagian besar restoran fast food berusaha menarik perhatian konsumen dengan menawarkan makanan khusus dengan harga terjangkau.

McDonald's, yang memiliki layanan pengiriman sepanjang tahun, menawarkan pengiriman selama bulan Ramadhan dari jam 9 pagi sampai fajar. Namun, pemasaran fast food selama bulan suci tidak selalu berjalan mulus.

''Ada lebih banyak pelanggan pada hari normal, dibanding bulan Ramadhan dan selama bulan Ramadhan. Kita buka dari jam 5.30 sore,'' kata Al-Jabally.

Maha Nasir (45), salah satu warga Jeddah, mengatakan bahwa dia suka menikmati berbuka puasa di luar rumah. Namun, dia hanya tertarik makan di restoran yang menyajikan makanan berkualitas.

"Kami senang sekali berbuka puasa bersama keluarga seminggu sekali," katanya. "Kami ingin pergi ke prasmanan terbuka di restoran manapun,” lanjut Nasir.

Nasir menghindari makanan cepat saji selama bulan Ramadhan. Karena, menurutnya, fast food membuat tubuh penuh dengan lemak. ''Itu tidak baik untuk perut kita. Lebih baik mengkonsumsi sup, salad atau menu lain yang menyehatkan,'' katanya.

Bagi kebanyakan keluarga, memaknai ramadhan itu seperti rumah, keluarga, makanan segar yang sekelas rumahan. Maka, kebanyakan orang Saudi lebih memilih mengolah makanan tradisional Timur Tengah dibanding dengan menyantap fast food.

Lain halnya dengan Nora Al-Sabea (29). Ibu dari lima anak ini mengakui bahwa tidak suka berbuka puasa di luar kecuali ada pertemuan keluarga. Terkadang, keputusan orang tua akan kalah dengan jumlah anaknya yang lebih banyak jika mereka ingin makanan fast food

"Saya lebih memilih makanan yang saya masak sendiri. Tidak mungkin akan ada makanan cepat saji kecuali jika anak-anak berkeras,” kata Al Sabea.

Terpopuler