Kampung Ramadhan Penuhi Kebutuhan Masyarakat Jelang Lebaran

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih

Senin 05 Jun 2017 06:45 WIB

Gardu Pesona Khasanah Ramadhan terpasang di jalan masuk Islamic Center kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (23\5) Foto: Tahta Aidilla/Republika Gardu Pesona Khasanah Ramadhan terpasang di jalan masuk Islamic Center kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (23\5)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Bazaar Pesona Khazanah Ramadhan diupayakan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat jelang Idul Fitri dengan menyediakan produk fashion Muslim dan pernak pernik kebutuhan rumah. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu M. Faozal mengatakan, dari tiga kelompok produk di Kampung Ramadhan, produk makanan memang masih jadi primadona di awal-awal Ramadhan.

Masyarakat belum terlalu butuh mencari produk fashion, kerajinan tangan, dan pernak pernik rumah karena Idul Fitri masih jauh. ''Yang masyarakat perlukan sekarang memang masih makanan, terutama menjelang buka puasa. Tapi H-10 lebaran, mereka akan mulai beralih ke pernak pernik rumah dan fashion,'' kata Faozal.

Pengisi bazar yang hadir di Kampung Ramadhan merupakan pengerajin dan penguasa fashion lokal. Kemungkinan jumlah pengusaha kerajinan dan fashion akan bertambah saat mendekati Idul Fitri. Ia menyebut, uang berputar dalam sehari dalam Pesona Khazanah Ramadhan di area Islamic Center mencapai setidaknya Rp 100 juta sehari.

Dari pengamatan Republika.co.id, bazar makanan tampak selalu ramai pengunjung dibanding bazar busana Muslim dan layanan jasa keuangan. Meski begitu, para pengusaha busana Muslim tetap menjajakan produk mereka. Begitu pula bank-bank syariah seperti BNI Syariah dan BRI Syariah yang terlihat mengoperasikan mobil layanan nasabah lengkap dengan mesin ATM untuk memfasilitasi transaksi tarik dan setor tunai masyarakat yang berkunjung ke Kampung Ramadhan.

Faozal melihat Ramadhan di Lombok seperti perayaan kegembiraan satu bulan. Sebagian masyarakat bisa jadi tak selalu punya uang, tapi inflasi saat Ramadhan di NTB melebihi bulan-bulan biasanya. ''Karena pengeluaran lebih besar dari biasanya. Ini seperti liburan panjang,'' kata Faozal.

Dari sisi kultur, suasan Ramadhan di NTB juga terasa sekali. Berbeda dengan ibukota yang tetap ramai bahkan restoran dimana-mana tetap buka meski Ramadhan. Di NTB, meski tak ada sweeping, pemilik restoran dan rumah makan punya kesadaran sendiri untuk menunda opersional hingga menjelang berbuka puasa.

Kemeriahan Idul Fitri di NTB juga baru akan selesai setelah Lebaran Tupat, pada H+7 Idul Fitri setelah selesai enam hari puasa Syawal. Budaya bersilaturahim yang kuat membuat perayaan Idul Fitri menjadi hari yang amat penting bagi masyarakat NTB.