Bubur Sop Melayu, Makanan untuk Berbuka Gratis di Medan

Rep: Issha Harruma/ Red: Esthi Maharani

Ahad 04 Jun 2017 17:11 WIB

Proses pembuatan bubur sop khas Melayu di pelataran Masjid Raya Al Mashun Medan. Ratusan warga setiap hari datang untuk menikmati makanan yang dibagikan secara gratis ini. Foto: Republika/Issha Harruma Proses pembuatan bubur sop khas Melayu di pelataran Masjid Raya Al Mashun Medan. Ratusan warga setiap hari datang untuk menikmati makanan yang dibagikan secara gratis ini.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN --  Masjid Raya Al Mashun Medan kembali menyediakan bubur sop bagi jamaah dan pengunjung selama Ramadhan 2017. Makanan khas Melayu ini dibagikan secara gratis setiap hari selama sebulan penuh.

Salah satu juru masak, Darlis mengatakan, tradisi memasak dan membagikan bubur sop telah ada sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini diperkirakan muncul pada 1909. Saat itu, Kesultanan Deli dipimpin Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, raja ke-9.

"Tradisi ini sudah lama ada. Rutin tiap tahun dibagikan, memang untuk masyarakat umum," kata Darlis saat berbincang dengan Republika, Ahad (4/6).

Ada sekitar seribu porsi bubur yang disediakan setiap hari. Para juru masak yang berjumlah empat orang bersiap memasak sekitar pukul 12.00 WIB. Proses pengolahan bahan menjadi bubur sop pun dimulai setelah mereka menunaikan solat Dzuhur.

Menurut Darlis, ada sekitar 30 kg beras yang digunakan setiap hari. Selain itu, juga ada bahan pelengkap yang lain, seperti daging sapi, kentang, wortel, dan bumbu yang lain. Proses memasak bubur sop membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam.

Setelah jadi, bubur sop siap dibagikan kepada warga yang telah ramai menunggu. Pembagian ini biasanya dilakukan setelah solat Ashar atau sekitar pukul 16.00 WIB. Darlis mengatakan, dulunya, makanan yang dibagikan di Masjid Raya Medan adalah bubur pedas. Namun, karena cara masak yang rumit dan bahan yang dibutuhkan lebih banyak, bubur pedas diganti menjadi bubur sop sejak 1960.

"Saya ikut masak tahun 2004, sudah bubur sop. (Bubur pedas) Lebih banyak bumbunya, masaknya juga lama. Jadi diganti bubur sop," ujar dia.

Dana yang dikeluarkan untuk menyediakan bubur sop tersebut, kata Darlis, berasal dari Yayasan Masjid Raya. Selain itu, dana juga berasal dari infak dan sumbangan yang diberikan jamaah.

"Untuk sebulan, kira-kira butuh Rp125 juta lah ini semua," kata Darlis.

Berdasarkan pantauan Republika, demi menikmati hidangan ini, warga sudah mengantre di pelataran masjid sejak siang. Mereka meletakkan wadah makanan yang mereka bawa di dekat tempat pembuatan bubur sop. Penikmat bubur sup ini pun tak hanya berasal dari Medan saja. Ada juga yang dari luar kota, misalnya Binjai dan Deli Serdang. Mereka rela berdesakan untuk melihat langsung proses pembuatan dan mendapatkan bubur tersebut.

Terpopuler