REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Selain qiraat yang berbeda dari yang umum didengar masyarakat Indonesia, imam besar dari Maroko Syekh Mouad Douaik kerap membacakan doa qunut saat berkesempatan berdoa bersama jamaah dan menutup shalat witir dengan surat al-Ikhlas.
Selama mengimami tarawih sejak malam 5 Ramadhan, Syekh Mouad kerap menutup rakaat terakhir shalat witir dengan surat Al-Ikhas. Dalam berbagai kesempatan membacakan doa, ia sering membacakan doa qunut.
Tentang kedua hal itu, kepada Republika.co.id, Syekh Mouad, mengatakan, tak ada hal khusus. Baginya, doa setelah shalat adalah bagian mengikuti sunnah. Doa adalah senjata orang beriman.
Sebagai hamba kita sangat butuh pada Allah. Maka tak boleh lepas berdoa, terlebih setelah shalat," kata Syekh Mouad.
Pun dengan surat al-Ikhlas. Syekh Mouad tidak punya alasan khusus memilih surat ini di akhir rakaat shalat witir. Tapi, al ikhlas bisa dibilang surat yang singkat namum padat.
"Surat ini singkat, tapi nilainya padat sehingga tepat sebagai pamungkas di akhir rakaat. Kalau tidak baca al-Ikhlas bisa juga baca an-Naas dan al-Falaq," kats Syekh Mouad.
Ia mengatakan, tak ada perbedaan mencolok juga antara Indonesia dengan Maroko. Di Maroko, mahzab fiqih lebih banyak ke Maliki dan Alquran merujuk pada qiraat Warsy An Nafi'. Sementara Indonesia lebih banyak bermazhab Syafii dan qiraat Alquran merujuk pada Hafs 'Ashim.
Secara politik, ia bersyukur, Maroko tidak seperti negara mayoritas Muslim lain yang tengah dilanda konflik. Maroko aman, kesejahteraan masyarakatnya baik, dan perhatian raja terhadap urusan agama juga bagus. Bahkan, tiap tahun Kerajaan Maroko selalu mengadakan acara keagamaan yang puncaknya saat Ramadhan dengan mengundang ulama terbaik se-Dunia. Dari Indonesia sendiri ada Ustadz Mukhlis Hanafi.