REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Mengendarai motor bukan opsi tepat menuju Masjid Kuno Bayan Beleq di Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Jalan menuju ke sana berbukit dan berkelok-kelok. Mengendarai mobil pun harus dipastikan pengemudinya sudah lihai.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua setengah jam, Anda bisa menjumpai Masjid Bayan Beleq di Desa Bayan. Posisinya tepat di tepi jalan dengan penanda tulisan Masjid Kuno Bayan pada dinding pagar dari semen yang dicat abu-abu tua.
Masjid Bayan Beleq merupakan salah satu petunjuk masuknya Islam ke Lombok dan Sumbawa pada abad ke 16. Dalam Babad Lombok disebutkan, penyebaran Islam di Lombok dan Sumbawa tak lepas dari upaya Sunan Paku dari Gresik yang mendorong para raja-raja di Jawa mengirimkan misi dakwah. Salah satunya misi dakwah oleh Sunan Prapen dari Jawa ke Lombok pada 1545 Masehi.
Masjid Bayan berada di atas sebuah bukit kecil. Bangunan masjid berdiri di atas sebuah undakan yang tepiannya dikokohkan oleh susunan batu. Dengan dinding bangunan masih dari anyaman bambu dengan atas ditutup ijuk, masjid ini terlihat sederhana.
Juru pelihara kompleks Masjid Bayan, Murti menjelaskan, Masjid Bayan berdiri di area seluas 1,290 hektare. Material masjid masih dipertahankan berupa kayu, bambu, rotan, dan ijuk. Sementara dasar bangunan dari susunan batu.
''Kayu dilekatkan bukan dengan paku tapi pakai pasak,'' kata Murti. Konon, empat tiang utama masjid belum pernah diganti. Sementara bagian masjid lain sudah pernah diganti.
Renovasi masjid tak dilakukan sembarang waktu. Perbaikan masjid dilakukan delapan tahun sekali atau pada masa kelipatan delapan. Sebelum bongkar pun ada ritual tersendiri dan setelah pembongkaran juga ada ritual lagi yang lebih besar.
Material seperti kayu dan lainnya diambil dari hutan adat. Jamaah Masjid Bayan hanya perlu mengeluarkan biaya angkut saja. Karena itu, bila ada orang di hutan ketahuan menebang kayu tidak untuk keperluan upacara adat lalu meski tidak besar, ada sanksinya. Karena itu hutan adat masih dijaga betul.
''Ada sanksi adat, kalau mau tidak mau, baru ke pemerintah. Kalau disanksi adat biasanya dianggap tidak beradab dan bahkan dikucilkan,'' ungkap Murti.
Daya Pikat Wisatawan
Meski Ramadhan, ada saja yang berkunjung ke Masjid Bayan, terutama wisatawan asing. Wisatawan asing terbanyak datang dari Belanda, Jerman, Prancis, dan Australia. Sementara wisatawan asing Asia paling banyak dari Malaysia dan Singapura.
Dengan rata-rata tamu 50 orang per hari, pengelola Masjid Bayan tidak mengenakan biaya tiket. Tapi wisatawan yang datang tetap harus mengisi buku tamu.
''Silahkan beri sumbangan. Tapi kami tidak menekankan harus bayar berapa. Pengertian tamu saja untuk pemeliharaan,'' ungkap Murti kepada Republika.co.id, akhir pekan lalu.
Kunjungan wisatawan lokal sendiri ramai menjelang Ramadhan. Sementara wisatawan dari luar daerah ramai saat liburan panjang.
Tiga hari setelah Ramadhan, Masjid Bayan juga ramai. Sebab tanggal puasa dan Idul Fitri jamaah Masjid Bayan berbeda tiga hari. ''Acara yang mereka gelar sama saja. Tapi praktinya sangat kuat kaitannya dengan adat,'' kata Murti.
Dalam kegiatan adat seperti lebaran, mereka punya tradisi padi yang sudah disimpan bertahun-tahun ditumbuk satu atau dua malam sebelum lebaran. Kalau beras untuk acara adat tidak cukup, bisa ditambah beras dari luar. Tapi beras untuk awalan menumbuk harus ada.
Sama juga seperti Maulid. Tiga malam sebelum Maulid, padi sudah ditumbuk. Meski ada pula acara adat yang mengharuskan tumbuk pada pada hari pelaksanaan acara.
Pemandu di pameran benda sejarah Islam Pesona Khazanah Ramadhan sekaligus pemandu di Museum Negeri NTB, Hubertus Selasa mengatakan, Islam berkembang setelah runtuhnya Majapahit setelah abad 14. Maka masuk akal bila dalam Babad Lombok disebut Islam masuk melalui Bayan pada abad ke 16. Setelah itu barulah masuk ke pusat Pulau Lombok.