Napi di Tasikmalaya Dilatih Keterampilan Selama Ramadhan

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ilham

Kamis 01 Jun 2017 16:00 WIB

Narapidana Lapas kelas IIB Kota Tasikmalaya tengah mendengarkan ceramah, Kamis (1/6). Selama Ramadhan ini, kegiatan keagaaman narapidana terus ditingkatkan. Foto: Republika/Rizky Suryarandika Narapidana Lapas kelas IIB Kota Tasikmalaya tengah mendengarkan ceramah, Kamis (1/6). Selama Ramadhan ini, kegiatan keagaaman narapidana terus ditingkatkan.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Narapidana di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Kota Tasikmalaya memperoleh berbagai pelatihan keterampilan selama bulan Ramadhan ini. Lewat berbagai keterampilan itu diharapkan bisa membuat mereka bermanfaat saat terjun kembali ke masyarakat.

Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIB Kota Tasikmalaya, Julianto Budhi mengatakan, ada peningkatan kegiatan keagamaan selama Ramadhan berupa pelatihan keterampilan. Selain itu, jika biasanya kegiatan keagamaan seperti ceramah hanya dilangsungkan sekali dalam sepekan, maka kali ini menjadi setiap hari. Adapun kegiatan yang rutin dilakukan seperti dhuha berjamaah, tadarus Alquran saat waktu dzuhur dan magrib.

"Ada peningkatan pembinaan biasanya seminggu dua kali jadi setiap hari dari jam 8 shalat dhuha bersama, kuliah dhuha, pembinaan keagamaan dan tambahan materi keterampilan seperti kesehatan dan ekonomi," katanya pada Republika.co.id, Kamis (1/6).

Pelatihan keterampilan bekerja sama dengan Tarekat Al-Idrisiyah Cisayong Kabupaten Tasik. Kadiv Humas Tarekat Al-Idrisiyah, Sandra Yusuf mengatakan, bentuk kerja sama pembinaan narapidana selama Ramadhan ini telah dilakukan selama dua tahun terakhir.

Pihak Tarekat Idrisiyah menyediakan pemateri dari berbagai kalangan baik dari ahli pengobatan alternatif seperti ruqyah dan pijat refleksi. Ada pula pengusaha yang ikut menyumbang materi dalam seminar kewirausahaan. "Setelah tahun kemarin laksanakan kegiatan yang sama ini bagian dari pengabdian masyarakat, kami beri support full memberi pemateri dari berbagai kalangan ustad, tabib, terapis atau ekonom," ujarnya.

Sandra berharap kegiatan yang dilakukan selama sebulan itu mendorong kemandirian narapidana. Misalnya dalam materi ruqyah, narapidana ditargetkan minimal bisa me-ruqyah dirinya sendiri. Sehingga nantinya bisa me-ruqyah orang lain ketika sudah mahir.

"Dari sisi terapi ada materi ruqyah, meruqyah diri sendiri dan orang lain dan diajarin terapi kesehatan seperti lewat pijat refleksi. Diajarkan tekniknya minimal bisa ruqyah diri sendiri dan bisa menjadi solusi usaha dia ke depannya, mereka kembali ke masyarakat bisa jadi lebih bermanfaat," jelasnya.

Tujuan lain pelatihan adalah menghindarkan narapidana dari niat-niat jahat seperti melarikan diri dari Lapas. Apalagi Lapas tengah menjadi sorotan setelah munculnya kasus narapidana yang melarikan diri dari Lapas di Pekanbaru dan Palembang. "Kami  tekankan tidak ada pungli, dan terobosan pembinaan seperti mental rohani, harapannya selain tingkatkan iman tapi terjaga dari niat-nniat yang tidak diinginkan," katanya.

Terpopuler