REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Imam dari Maroko, Syekh Mouad Douaik membacakan Alquran menggunakan qiraat Warsy saat mengimami shalat tarawih di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center. Qiraat berbeda ini diharapkan bisa menambah khazanah Alquran jamaah yang hadir.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi sebelum shalat tarawih pada Rabu (31/5). Di malam sebelumnya pada Selasa (30/5), Tuan Guru Bajang juga sempat menyampaikan hal serupa.
Tuan Guru Bajang menjelaskan, qiraat warsy merupakan satu dari tujuh qiraat mutawatir. Qiraat Warsy lazim dilantunkan di Maroko dan Aljazair.
Qiraat ini sama derajat shahihnya dengan qiraat Hafs yang lazim dilantunkan di Indonesia. Kedua qiraat ini sama-sama mutawatir dan berinduk kepada Rasulullah.
''Jadi kalau dengar pengucapan huruf, panjang bacaan, dan idgham berbeda, harap dimaklumi. Semoga ini memperkaya khazanah Alquran kita,'' kata Tuan Guru Bajang, Rabu (31/5).
Dalam kesempatan terpisah sebelumnya dalam kajian Qiraat Sab'ah di Masjid WTC Sudirman, Jakarta, Ustadz Ahmad Ulil Abshar al-Hafidz menjelaskan, ada tujuh imam ilmu qiraat yang jadi rujukan. Tujuh imam itu memiliki masing-masing dua rawi rujukan.
Dari tujuh imam itu dua imam berasal dari Kuffah, dari Basra dua imam, dari Syam satu imam, dari Mekkah satu imam, dan dari Madinah satu imam. ''Mereka diseleksi betul dan dicek apakah mutawatir sampai Rasulullah,'' kata Ustadz Ulil.
Salah satu dari tujuh imam qiraat yang jadi rujukan adalah Imam Nafi' Al-Madani yang memiliki murid sekaligus perawi qiraat yakni Qaalun dan Warsy. Beberapa ciri qiraat riwayat Warsy ini antara lain Alfatihah tetap tujuh ayat dengan basmallah tidak termasuk di dalamnya. Ciri lainnya adalah bacaannya taklil.
Qiraat yang tujuh (qiraat sab'ah) berbeda dengan tilawah sab'ah. Qiraat sab'ah adalah tatanan ilmu tertinggi dalam Alquran. Bila hendak belajar qiraat sab'ah harus ada guru yang memahami betul tentang ini.
Qiraat sab'ah bersumber langsung dari lisan Rasulullah. Dalam hadits, Rasulullah menyampaikan Alquran diturunkan dalam tujuh dialek, maka baca yang mudah. Juga hadits tentang Jabril yang menyampaikan tujuh dialek Alquran.
''Alquran-nya sama, dialeknya saja yang berbeda, sanadnya sama-sama sampai hingga Rasulullah,'' kata Ustadz Ulil.
Di zaman Abu Bakar, perang Yamamah menewaskan banyak hafidz. Lalu para hafidz diminta menuliskan ayat Alquran yang mereka hafal. Di era Utsman baru tulisan-tulisan itu dibukukan tapi belum diberi tanda baca. Lalu, di zaman para tabi'in, disepakatilah qiraat sab'ah yang mutawatir sampai Rasulullah.
Indonesia umumnya menggunakan qiraat riwayat Hafs, salah satu dari dua rawi dan murid Imam 'Ashim dari Kuffah. Imam 'Ashim memiliki dua murid yakni Hafs dan Syu'bah. Qiraat riwayat Hafs banyak berkembang di masa Abbasiyah dimana saat itu perkembangan Islam luas biasa pesat hingga ke Indonesia.