Berkah di Balik Sahur

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto

Rabu 31 May 2017 01:00 WIB

Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gubernur NTB, TGH Muhammad Zainul Majdi

Rasulullah SAW bersabda Tasahharu fainna fissahuri barokah yang artinya bersahurlah kamu sekalian sesungguhnya dengan bersahur kamu memperoleh barokah. Sahur adalah makan dan minum dalam mempersiapkan puasa pada waktu sebelum imsak tiba

Kalau kita simak, pembahasan tentang berkah di balik sahur dalam bulan suci ramadhan itu memang cukup panjang, tetapi kita bisa menghadirkan bayangan dalam pikiran kita tentang keberkahan apa yang ada di balik sahur dengan menghadirkan pengalaman kita masing-masing.

Ketika Rasulullah SAW mengatakan Tasahharu fainna fissahuri barokah, dalam susunan bahasa Arab itu, barokah adalah kata yang nakiroh, yang artinya indefinite atau tidak ditentukan, tetapi membuka penafsiran yang memang banyak sekali.

Bisa dimaknakan hadis itu bahwa di dalam sahur itu banyak sekali berkah, bukan berkah tertentu melainkan beragam berkah. Masing-masing orang bisa mendapatkan keberkahan-keberkahan sesuai dengan kesiapan dan keinginan serta kesungguhannya di dalam melaksanakan sahur.

Pertama, kita tahu waktu yang paling tepat untuk sahur itu, seperti waktu yang paling afdhol untuk qiyamul lail. Jadi sepertiga malam terakhir, sahur juga seperti itu, qiyamul lail juga sama.

Maka dari sisi ini bisa diartikan sahur juga bagian dari pembiasaan di dalam melaksanakan qiyamul lail di dalam bulan suci ramadhan. Dengan ini tentunya diharapkan dengan pembiasaan satu bulan suci ramadhan karena dia harus sahur, mempersiapkan diri harus bangun pada sepertiga malam terakhir, dia juga bisa melaksanakan qiyamul lail sehingga dengan usainya puasa dia bisa terbiasa dalam qiyamul lail.

Itu salah satu dari keberkahan yang hadir di dalam kebiasaan makan sahur. Yang kedua, tentu kita tahu bahwa Islam menetapkan satu kewajiban itu dalam batas-batas yang kemampuan manusia, jadi tidak ada satupun kewajiban yang memudaratkan, baik lahir maupun batin bagi manusia. Seperti puasa juga misalnya, puasa itu bukan berarti merusak fisik kita. Maka sebagai bagian dari hikmah, Islam selalu memperhatikan keseimbangan itu sebelum dimulainya puasa dengan datangnya fajar, umat Islam diberikan kesempatan untuk membekali fisiknya untuk mengkonsumsi makanan pada sahur.

Ini bagian dari bagaimana Islam menyiapkan seorang muslim untuk melaksanakan perintah Allah SWT itu dalam bentuk yang terbaik, sama seperti untuk orang yang akan shalat, dia diwajibkan untuk berwudhu sebelumnya, memang kalau sahur itu sunah sebagai bagian dari persiapan puasa, tetapi ada esensi yang sama di situ bahwa Islam memandang pelaksanaan suatu kewajiban itu harus didasari dengan persiapan persiapan yang terbaik.

Tentu ini juga menjadi bagian dari keelokan dan kesempurnaan ajaran Islam. Ada berkah bagi fisik, bagi raga seorang muslim dengan sahur itu dia punya kekuatan untuk melaksanakan puasa.

Yang ketiga, tentu bersahur itu juga kesempatan katakanlah bagi seorang muslim untuk membangun silaturahmi dengan keluarganya, jadi saling berkumpul, saling mengingatkan, saling mengisi di dalam kebaikan. Dengan bersahur itu suatu keluarga punya kesempatan untuk menyiapkan diri bersama-sama melaksanakan sunah dan shalat Shubuh berjamaah misalnya.

Keempat, puasa tidak berarti pada siang hari saat berpuasa tidak beraktivitas, namun harus tetap bekerja. Salah satu penyiapan yang terbaik apabila kita menyiapkan diri sejak sebelum shubuh untuk masuk ke dalam aktivitas dalam satu hari itu. Banyak keberkahannya dan tentu semua penjelasan ulama ini mencoba mengelaborasi kata barokah di dalam hadis Rasulullah SAW itu dan saya pikir pada akhirnya keberkahan yang didapat orang itu berbeda-beda tetapi dengan sahur kita yakini seseorang pasti akan dapat kemanfaatan dan oleh karena itu sedapat mungkin walaupun hanya seteguk air, sesuap nasi, sebutir kurma, tapi bersahurlah karena di dalamnya itu terdapat keberkahan.

Terpopuler