REPUBLIKA.CO.ID, Memasuki bulan Ramadhan, umat Islam banyak yang meningkatkan ibadahnya untuk mendapatkan pahala. Tapi setiap memasuki Ramadhan, impor bahan makanan meningkat seiring meningkatnya konsumsi masyarakat saat bulan puasa. Padahal, mengkonsumsi makanan yang berlebihan saat puasa dinilai dapat menghalangi tercapainya hakikat puasa.
Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) KH Mohammad Siddik mengatakan, puasa menahan diri untuk tidak makan dan minum di waktu tertentu. Juga menahan diri untuk tidak bicara dan berbuat sesuatu yang tidak baik. Memang benar banyak Muslim yang memperbanyak ibadahnya di bulan Ramadhan.
"Tapi ada satu yang saya perhatikan, tidak dibatasi yaitu makan, siang puasa tapi setelah buka puasa kita makan berlipat-lipat," kata KH Siddik saat diwawancarai Republik.co.id, Senin (29/5).
Kiai Siddik mengatakan, negara-negara Islam pada umumnya biasanya lebih banyak mengimpor bahan makanan saat bulan Ramadhan. Seperti telur, terigu, daging dan lain sebagainya. Impor makanan meningkat karena konsumsi masyarakat terhadap makan lebih banyak saat bulan Ramadhan.
Mestinya, menurut dia, saat bulan puasa, makan seperti biasa dan sederhana saja. Supaya tercapai hakikat puasanya. KH Siddik juga menyampaikan, Allah SWT akan memberi pahala meski melaksanakan puasa dengan konsumsi yang berlebihan. Tapi, dikhawatirkan tidak akan tercapai hakikat puasanya jika makan terlalu berlebihan.
Kia Siddik menjelaskan, salah satu hikmah puasa baik untuk kesehatan. Jadi, dengan berpuasa perut akan beristirahat dari mencerna makanan karena sepanjang tahun perut terus digunakan untuk mencerna makanan. Tapi, kalau lebih banyak makannya saat bulan puasa maka perut tetap saja harus bekerja ekstra.
"Puasa siangnya, tapi balas dendam malamnya, makan berlebihan, itu tidak memenuhi hakikat tujuan puasa itu," ujarnya. Bila makan berlebihan di waktu malam, maka hakikat puasa tidak akan tercapai. Di samping itu, pandangan harus puasa, pendengaran harus puasa dan segalanya harus dijaga sebaik mungkin saat berpuasa. Sehingga, puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga saja.