Pasien GERD Umumnya Lebih Sehat Saat Ramadhan

Rep: Ratna Ajeng T/ Red: Indira Rezkisari

Senin 29 May 2017 16:20 WIB

Berpuasa/Ilustrasi Foto: Republika/Rahmawaty La'lang Berpuasa/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan penyakit lambung dan pencernaan dari FKUI dan RSCM Dokter Ari Fahrial Syam mengatakan puasa Ramadhan selama ini dapat mengurangi sakit maag seseorang. Saat praktik pada pekan pertama puasa Ramadhan dokter Ari mendapatkan laporan bahwa pasien maag-nya membaik saat berpuasa.

Alasan seseorang yang bermasalah dengan lambung menjadi lebih baik saat berpuasa adalah karena makannya menjadi teratur saat sahur dan berbuka. Selain itu mereka biasanya mengurangi camilan yang tidak sehat biasanya dikonsumsi siang hari dan mengurangi konsumsi merokok bagi perokok.

Secara teori semestinya pasien yang menderita GERD atau gastroesophageal reflux disease juga akan membaik saat berpuasa Ramadhan. Menurut laporan penelitian peserta pendidikan dokter spesialis penyakit FKUI RSCM yang dibimbing olehnya sebanyak 130 orang pasien GERD diteliti dengan endoskopi saluran cerna tanpa luka atau NERD alias nonerosive reflux disease.

Penelitian tersebut dilakukan pada pekan keempat Ramadhan dan tiga bulan setelah Ramadhan. Hasilnya pasien yang berpuasa Ramadhan sebanyak 55 orang merasa lebih baik hingga 23 persen dibandingkan yang tidak berpuasa.

"Perbaikan gejala klinis GERD ini membuktikan bahwa pasien dengan GERD tetap diperbolehkan untuk tetap berpuasa karena puasa Ramadhan akan memperbaiki gejala GERD," jelas dia, lewat siaran persnya.

Pasien GERD mengaku keluhannya menjadi lebih baik saat berpuaasa dibandingkan pada saat di luar puasa. Namun jika pasien merasa nyeri hebat hingga muntah saat berpuasa, maka perlu melakukan pengobatan dan puasanya bisa dibatalkan.

"Kalau tidak muntah atau nyeri yang hebat tidak perlu batal, bahkan pasien perlu ke dokter untuk mendapatkan obat," jelas dia.

Biasanya obat yang diberikan dengan dosis 2 kali 1 tablet. Jika tidak muntah dan nyeri hebat bisa kembali berpuasa.

Obat-obatan yang biasanya diberikan adalah obat-obatan yang menekan produksi asam lambung atau anti sekresi asam lambung. Obat-obatan ini dibagi dua yakni pertama, penghambat reseptor H2 seperti ranitidin, famotidin, niztidin atau simetidin. kedua, anti asam yang kuat penghambat pompa proton seperti omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, esomeprazol atau pantoprazol. Sedangkan antasida obat penteral asal yang dijual bebas digunakan untuk mengurangi gejala akibat GERD.

Dokter Ari memberikan beberapa tips terkait gaya hidup pasien GERD. Pertama, pasien harus menghindari konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat dan memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan. Pasien yang mengalami GERD jika mengonsumsi daging yang berlebih dan langsung tidur akan menyebabkan timbulnya panas di dada.

Kedua, hindari konsumsi secara bersamaan antara daging dengan jeroan seperti usus, otak, hati, paru atau limpa. Ketiga, jangan tidur dalam waktu dua jam setelah makan karena langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.

Kelima, hindari makanan yang terlalu asam dan pedas. Keenam, hindari minum kopi, alkohol atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD.

Ketujuh, hindari makanan yang mengandung cokelat dan keju. Kedelapan, hindari stres dan kontrol berat badan agar tetap ideal.

Terpopuler