REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bahasa Arab, Ramadhan berarti bulan yang terik atau panas. Biasanya orang-orang Arab menamai nama bulan berdasarkan kondisi saat itu.
Dilansir The Economist, saat bulan suci Ramadhan datang, sejumlah wilayah mengalami perubahan cuaca menuju panas. Ramadhan adalah salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang pergerakannya mengikuti bulan.
Awal bulan Ramadhan biasanya jatuh 11 hari lebih awal setiap tahunnya, mengikuti siklus musim setiap tiga dekade. Tahun lalu, saat hari pertama Ramadhan jatuh pada 21 Juni, adalah hari terpanjang di tahun tersebut di belahan utara.
Ini membuat penduduk Muslim di sana mengalami hari terpanjang berpuasa. Pada hari pertama Ramadhan, penduduk London berpuasa sekitar 18 jam, dari pukul tiga subuh hingga sembilan malam.
Muslim di Helsinki berpuasa hingga 20 jam. Meski demikian, mereka masih lebih baik dibanding Muslim di Arkhangelsk yang harus puasa sekitar 21 jam per hari.
Lamanya puasa bukan satu-satunya ujian. Suhu di siang hari pun tidak terlalu bersahabat. The Economist menggelar survei di sejumlah kota di dunia dengan populasi di atas 300 ribu jiwa.
Hasilnya, Mekah, Arab Saudi memiliki rata-rata suhu siang sekitar 35 derajat Celcius. Kadang suhunya bisa meningkat hingga 44 derajat Celcius. Mekah menjadi salah satu kota paling berat menjalankan puasa Ramadhan.
Tidak aneh jika negara-negara Arab mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi aktivitas selama Ramadhan. Seperti Uni Emirates Arab yang memotong jam kerja jadi enam jam per hari.
Sementara itu, sejumlah tempat yang cukup nyaman saat berpuasa adalah kota-kota di garis khatulistiwa. Perbandingan siang dan malam yang seimbang dibarengi dengan suhu yang bersahabat.
Seperti Durban yang berpuasa sekitar 12 jam dengan suhu 17 derajat Celcius, Rio de Janeiro juga 12 jam dengan suhu 21 derajat Celcius. Indonesia pun termasuk karena berpuasa 12 jam dengan suhu rata-rata 25-30 derajat Celcius.