REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR – Pedagang kulit beduk di jalan protokol seperti di jalan HOS Cokroaminoto, Cianjur, Jawa Barat, menjamur seiring masuknya bulan Ramadhan. Tingginya permintaan dan besarnya keuntungan yang didapat membuat pedagang musiman terus bertambah. “Kami sudah membuka lapak sebelum Ramadhan karena pengurus masjid biasanya memperbaiki bedug mereka yang sudah jebol atau mulai rusak, sehingga menjelang hingga hari raya nanti, tingkat pemesanan cukup tinggi," kata Muhammad Ismail (41) seorang penjual kulit beduk, Senin (29/5).
Ayah dari tiga orang anak yang sudah 24 tahun menjalani profesi sebagai pedagang kulit beduk itu mengungkapkan, berjualan kulit beduk memberikan keuntungan yang cukup lumayan. Ismail sebenarnya tidak hanya mengandalkan penjualan setiap hari besar islam seperti puasa dan lebaran. Namun, saat puasa dan Lebaran, keuntungan yang didapat setiap hari mencapai Rp 400 ribu dengan penjualan Rp 1,5 juta. "Keuntungannya cukup besar, makanya tahun ini, banyak yang berjualan kulit beduk di sepanjang jalan ini," katanya.
Dia menuturkan, harga kulit beduk yang dijajakan beragam tergantung jenis dan ukuran kulit yang diminati pembeli seperti kulit beduk dari kerbau perlembarnya ditawarkan dengan harga Rp 1,4 juta. Sedangkan, kulit sapi dijual Rp 1,3 juta. "Tapi, untuk kulit beduk yang sudah dibuat lingkaran atau dicetak, harganya Rp 450 ribu untuk kulit kerbau dan Rp 350 ribu untuk kulit sapi. Kalau yang sudah jadi beduk ukuran besar Rp 1,2 juta perbedug, sedangkan yang kecil ada yang Rp 150 sampai Rp 450 ribu," kata Ismail.
Selama ini, tambah dia, kulit beduk dari Cianjur, banyak diburu warga atau penjual dari luar daerah seperti Sukabumi, Bogor, sampai Bandung. Alasannya, kualitas kulit beduk asal Cianjur lebih bersih. Namun, penjual kulit beduk saat ini, harus bersaing dengan penjual kerupuk kulit karena kulit hasil potongan rumah potong hewan banyak dicari penjual kerupuk kulit dari luar daerah seperti Bandung dan Garut.