Ini Tradisi Warga Mesir Menyambut Ramadhan

Red: Agus Yulianto

Ahad 28 May 2017 12:30 WIB

Seorang warga melihat-lihat Fanus, lampu tradisional khas Ramadhan, di sebuah pasar di Kairo, Mesir (Ilustrasi) Foto: EPA/Khaled Elfiqi Seorang warga melihat-lihat Fanus, lampu tradisional khas Ramadhan, di sebuah pasar di Kairo, Mesir (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Mesir adalah sebuah negara yang memiliki cara unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Bagi warga negara tetangga Palestina ini, budaya seperti Fanous (lentera), Kunafa, dan Qatayef (makanan pencuci mulut khas Mesir, khusus di bulan Ramadhan), adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dengan bulan suci tersebut..

Namun, sejak revolusi Mesir pada Januari 2011, perekonomian Mesir menghadapi banyak kesulitan yang menambah beban kehidupan warganya, seperti meningkatnya harga kebutuhan, baik barang, ataupun jasa.

Orang-orang Mesir menganggap bahwa makanan adalah hal utama dalam setiap perayaan, maka mereka akan menyiapkan makanan khusus. Seperti dalam bulan Ramadhan, mereka akan menyediakan makanan dan munuman khusus serta lentera khas Mesir.

Kunafa

Kunafa adalah sajian utama di Mesir selama bulan Ramadhan. Makanan ini terbuat dari tepung, kelapa, madu dan kacang-kacangan.

Makanan ini diyakini ada sejak tahun 1250 M, ketika dinasti Mamaluk memerintah Mesir. Namun, ada yang meyakini bahwa makanan ini telah ditemukan lebih awal di wilayah Syam.

Namun, makanan penutup yang awalnya dikenal murah ini pun telah mengalami kenaikan harga, terutama untuk kacang impor dan tepung.

Harga Kunafa yang dijual dipertokoan mencapai 120 – 280 Pound, bergantung pada isian dan topping-nya. Sementara para pedagang trandisional menawarkan harga yang lebih murah, yaitu 45 Pound .

Qatayef

Sejarah Qatayef membawa kita pada masa Bani Ummayah di kisaran tahun 716 M. Qatayef adalah jenis kue sederhana berisi kacang, kelapa dan dibalut madu.

Qatayef mentah dihargai 15 Pound per kilogram, namun sebagaimana Kunafa, harganya pun mengalami peningkatan hingga 50 persen. Meningkatnya harga kacang dan kelapa menjadi penyebabnya.  Di toko, harga Qatayef mencapai 50 – 92 Pound, tergantung isisnya.

Minuman khas Mesir dalam bulan Ramadan

Orang Mesir berbuka puasa dengan menyantap minuman khusus, yaitu “Qamar El-Din” (jenis minuman yang memadukan buah aprikot, kacang dan kelapa), kembang sepatu dan minuman lainnya.

Harga per paket Syiria minuman ini mencapai 14 – 22 Pound, sedangkan di pedagang lokal mencapai 15 – 35 Pound. Namun, meningkatnya harga kacang memicu peningkatan harga pada minuman ini.

Fanous (lentera) Mesir

Munculnya lentera di Mesir seiring dengan hadirnya dinasti Fatimiyin yang mulai menguasai wilayah tersebut di tahun 971 M. Ketika itu, warga mesir menjadi orang pertama yang menggunakan lentera sebagai barang khusus untuk merayakan Ramadhan. Ada jenis lentera yang dilengkapi dengan musik, yang khusus dibuat untuk anak-anak.

Harga lentera Mesir bervariasi bergantung pada bahan pembuatnya dan fitur yang ada di dalamnya, seperti pencahayaan atau musik. Harga lentera yang terbuat dari kayu mencapai 65 Pound untuk yang berukuran kecil  dan 120 Pound untuk yang berukuran lebih besar. Sementara untuk lentera yang terbuat dari logam dijual dengan harga 20 – 150 Pound, bergantung pada ukurannya.

Lentera kecil, yang biasa digunakan sebagai gantungan kunci atau mainan, dihargai 20 Pound, dan harga lentera yang menggunakan lilin dihargai 100 Pound. Lentera yang terbuat dari kaca, yang sering digunakan sebagai dekorasi di jalan-jalan, mencapai 120 Pound.

Pendapat warga Mesir

Kebanyakan orang cenderung tidak membeli barang-barang yang tidak terlalu penting karena harganya mahal.

Ahmed Abdel Wahab, seorang insinyur yang tinggal di Giza mengatakan bahwa bagi kebanyakan orang, tidaklah penting membeli semua barang tradisional tersebut, apalagi mereka sudah pernah membelinya sebelum harga meningkat seperti sekarang. Saat ini mereka lebih fokus membeli barang-barang yang penting, sehingga mereka bisa menghemat pengeluaran.

 “Kami tidak bisa membeli barang-barang ini lagi,” ungkap Aliaa Massoud (28 tahun). Ia menambahkan, bahwa keluarganya tidak lagi mampu membeli semua barang sebagaimana beberapa tahun lalu. Keluargnya, yang terbilang sederhana, memilih membeli barang yang dibutuhkan, seperti makanan dan pakaian untuk Idul Fitri.

Disisi lain, Nour El-din (25) – seorang graphic designer, mengungkapkan bahwa harganya masih terjangkau. Ia berniat untuk membeli makanan pencuci mulut atau lentera tersebut. Menurutnya, merayakan kedatangan bulan suci dengan makanan tersebut adalah hal yang penting, terlebih bulan itu hanya ada setahun sekali.

Sementara Ghada Ali, ibu empat orang anak, mengatakan bahwa ia tidak bisa menghabiskan uangnya untuk barang-barang yang menurutnya tidak begitu penting, seperti lentera. Namun penting baginya membuat Kunafa, Qatayef dan mekanan pencuci mulut sebab ia mengundang teman dan keluarganya untuk berbuka puasa, dan ia akan menyajikan “makanan manis” setelah berpuasa. Ia menambahkan bahwa membeli pencucui mulut tidaklah penting, karean ia bisa membuatnya sendiri di rumah.

Terpopuler