REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gubernur NTB, Dr TGH Muhammad Zainul Majdi MA
Doa sapu jagad memberikan kita kebaikan di dunia dan akhirat. Mari kita mendalaminya. Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah,wa qina 'adzabannar. Ada banyak hal permohonan yang terkandung dalam lantunan doa ini. Sebagai umat Islam, perlu untuk berusaha meraih ridha Allah SWT, baik untuk di dunia ataupun di akhirat kelak.
Apa-apa yang kita tanam, niscaya akan kita petik hasilnya. Kebaikan yang kita lakukan hari ini, akan dibalas juga dengan kebaikan di kemudian hari. Begitu juga sebaliknya. Mengenai doa sapu jagad. Kita minta kepada Allah SWT terkait kebaikan di dunia. Para ulama menyebut kata khasanah itu disimpulkan atau diintisarikan sebagai ilmu yang bermanfaat.
Sekarang ini, masa di mana lalu lintas informasi luar biasa, lebih ramai dari lalu lintas jalan tol yang paling ramai sekalipun. Lalu lintas di media cetak, media sosial, tidak terhitung yang masuk ke telinga kita setiap hari, kalau konsep Iqra bismi Rabbi-ka (QS Al Alaq:1) memiliki makna agar membaca dan mencari tahu terlebih dahulu tentang informasi yang datang ke hadapan kita. Saringlah.
Jangan kita meyakini kebenarannya, ya itu yang saya dengar pokoknya saya sampaikan. Dalam Islam ada kaidah yang jelas, jangan mengikuti, menyampaikan, menyebarkan sesuatu yang tidak dia yakin.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, apalagi sekadar ucapan, semua akan dipertanggungjawabkan. Kaidah kedua, kata Rasulullah SAW, menjadi pembohong itu tidak susah. Sudah cukup menyampaikan apa yang telah ia dengar semua, tanpa bertabayun atau klarifikasi dia sampaikan ke orang lain, meski tidak sengaja cukuplah menjadi pendusta dengan apa yang ia dengar.
Ada tahapan agar sesuatu yang masuk ke telinga keluar dari mulut. Tidak boleh otomatis. Tidak sembarang informasi itu valid,. Tidak semua ilmu yang kita pelajari itu baik.
Ilmu yang perlu kita pelajari, baik yang langsung maupun tidak langsung sepatutnya semakin mewujudkan rasa takut kepada Allah SWT. Kalau ada ilmu yang dengan mempelajarinya akan timbul rasa jauh dan sombong dari Allah SWT tinggalkanlah, ilmu sihir misalnya.
Marhaban ya ramadhan
Selamat datang bulan suci penuh ampunan. Dalam Islam, segala perbuatan ibadah, baik yang kecil sekalipun memerlukan sebuah persiapan. Umpamanya saat shalat, di mana umat Islam diwajibkan untuk berwudhu dan membersihkan diri dari segala hadats kecil dan besar. Tempat untuk shalat juga harus dipastikan kebersihannya, persiapkan tempat sujud yang suci, baru kita shalat. Yakini betul bahwa tempat dan hati sudah tertata untuk menjalankan ibadah kepada-Nya.
Pun, dengan ibadah puasa yang akan menyambangi kita semua. Persiapan juga diperlukan bagi umat Islam agar bisa menjalani proses ibadah puasa dengan khidmat. Oleh karenanya, marilah jamaah untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menyambut datangnya bulan suci. Barang siapa yang gembira akan datangnya bulan suci Ramadhan akan mendapatkan ampunan.
Orang yang memiliki persiapan dalam beribadah puasa, tentu akan mendapat ganjaran yang jauh lebih besar dibanding yang tidak, dan hanya menjalani ibadah puasa selayaknya rutinitas biasa, tanpa memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah puasa.
Ramadhan merupakan bulan yang identik dengan kebaikan. Bulan Ramadhan bak sifat dari Nabi besar Muhammad SAW yakni sangat pemurah dengan kebaikan dan amal saleh. Kecintaan Rasulullah SAW terhadap amal saleh nampak nyata saat Ramadhan tiba. Patutlah kiranya, kita sebagai umat mencontoh apa yang dilakukan Rasul dalam memaknai bulan suci Ramadhan.
Dalam bulan suci Ramadhan setiap perbuatan sunah diganjar pahala, sedangkan perbuatan waji akan mendapatkan ganjaran yang berpuluh-puluh kali lipat. Tentu tujuan Allah SWT menyuruh umatnya beribadah saat bulan Ramadhan hanya bersifat sementara. Melainkan, menjadi momentum untuk terus berbuat kebaikan.
Ulama sampaikan tiga hal agar kebaikan dapat terjaga atau terus tersambung. Orientasi perbuatan yang dilakukan semata-mata mencari keridhoan Allah SWT. Sesuatu yang dikerjakan karena ridho Allah SWT akan tersambung, sebaliknya maka pasti akan terputus. Kemudian, agar nilai kebaikan terus berlanjut dan bermanfaat, maka harus ada pembiasaan.