REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah telah datang kepadamu. Di mana Allah berpaling kepadamu dan mengirimkan bagimu rahmat khususnya, mengampuni dosa-dosamu, menerima shalatmu, menghargai usahamu dalam berlomba-lomba menjalankan kebaikan dan memujimu di hadapan para malaikat. Karena itu, tunjukkanlah kepada Allah kebaikan-kebaikanmu; karena sesungguhnya orang yang paling patut dikasihani adalah orang yang pada bulan ini tidak mendapatkan ampunan dari Allah SWT." (hadis).
Rahmat Allah SWT diturunkan bertubi-tubi selama bulan Ramadhan. Semua pahala amalan ibadah dihitung berlipat ganda pada bulan ini. Terutama, pahala yang diberikan kepada orang-orang yang menjalankan kewajiban puasa. Pahalanya berlimpah dan tidak terbatas. Tidak dapat dihitung juga tidak dapat diperkirakan. Imam Al Ghazali mengatakan, harga tersebut sungguh layak karena puasa memiliki kemuliaan di atas ibadah-ibadah lainnya. Sebagaimana Baitullah yang dimuliakan karena hubungan khususnya dengan Allah meski keseluruhan bumi juga milik Nya.
"Setiap perbuatan baik memperoleh pahala sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan menentukan pahalanya." (hadis qudsi).
Imam Al Ghazhali menjelaskan, puasa adalah setengah dari kesabaran sedang pahalanya melampaui batas dan hitungan. Untuk memikirkan keistimewaannya, Anda hanya perlu mengingat sabda Nabi Muhammad SAW. "Demi Dia yang di tangan-Nya terletak hidupku, napas orang yang sedang berpuasa tercium lebih segar dan lebih menyenangkan di hadapan Allah SWT daripada keharuman misk (kesturi)."
Puasa merupakan milik Allah dalam dua hal. Pertama, puasa berarti meninggalkan kesenangan-kesenangan yang halal. Lewat puasa, ada ketersembunyian ibadah seorang hamba dari pandangan orang lain. Berbeda dengan ibadah lain yang bisa dilihat dan dipandang. Puasa juga menjadi amalan batiniah yang dilakukan dengan kesabaran mumpuni.
Kedua, puasa milik Allah juga lantaran ibadah ini merupakan alat untuk memerangi musuh Allah. Musuh itu adalah ego manusia yang bekerja lewat nafsu dan amarah yang tidak semestinya. Nafsu dan amarah ini akan menjadi semakin kuat dengan makan dan minum. Nabi Muhammad SAW sampai-sampai harus bersabda, "Sesungguhnya setan itu memengaruhi anak-anak Adam dengan merasuki aliran darah mereka. Maka, sumbatlah jalan-jalannya itu dengan lapar." Wallahualam.