Energi Alquran

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto

Jumat 26 May 2017 06:35 WIB

Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi saat wawancara dengan media di Golden Palace, Mataram, NTB, Rabu (3/5). Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi saat wawancara dengan media di Golden Palace, Mataram, NTB, Rabu (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : TGH Muhammad Zainul Majdi *)

Alquran seperti mata air yang tidak pernah kering. Bila dipahami, Alquran berisi banyak cerita tentang perjalanan manusia. Alquran seperti bicara dengan porsi yang tidak kurang dan tidak lebih, memberi nasihat dan petunjuk.

Alhamdulillah berkat kejadian demi kejadian, sekarang sudah banyaknya mau tahu Al Quran surat Al-Maidah ayat 51. Tapi sebelum ayat 51, ada 50 ayat mendahului surat ke lima dalam Alquran ini. Maka, ayat 1-50 di surat Al-Maidah juga perlu diperhatikan karena isinya juga berkaitan dengan aturan tatanan hidup.

Di ayat pertama, surat ini menyeru orang beriman untuk memenuhi komitmennya. Tidak ada ayat kecuali ayat itu berkaitan dengan ayat atau surat sebelum dan sesudahnya.

Al Maidah ayat 51 tentang kepemimpinan itu merupakan hilir bagaimana umat Islam belajar membangun komitmen bersama dan memenuhi komitmen itu. Demikianlah Alquran, alurnya sepeti air mengalir dari hulu sampai hilir.

Peristiwa yang terjadi harus membuat kita mencintai Alquran. Ini momentum bagi generasi muda memaknai Alquran. Tidak ada bahan tertulis yang lebih valid dari Alquran sekarang hingga nanti.

Mukjizat Isa putus saat dia diangkat. Alquran tidak putus selamanya, tersambung manfaat berkahnya. Maka, ajaklah Alquran itu berbicara. Semangat besar energi yang menunggu kita dalam Alquran.

Tapi, kalau energi yang besar hanya berputar saja tak ada taujih atau tidak diarahkan, tidak berfaedah juga. Maka energi Alquran harus diarahkan misalnya pada pembangunan ekonomi umat.

Melipatgandakan energi pun ada wasilahnya. Pendidikan bisa jadi wasilah untuk membangun umat. Semakin banyak anak muda Islam yang memiliki pemahaman kitab suci dengan baik nantinya, akan makin kuat dasar pembangunan umat.

Jangan pernah pernah cukup merasa sudah memahami dan menggali makna Alquran. Maka kita perlu mengelola waktu. Saya harapkan bisa berbalik kepada kita dengan pertanyaan bagaimana kita berinteraksi dengan alquran.

Orientalis dari Hungaria yang pernah belajar di Universitas Al Azhar Kairo, Ignaz Goldziher, mengaku hafal Alquran, memahami sejarah Alquran, dan dengan kemampuan Bahasa Arab juga luar biasa tidak membuatnya mampu sampai pada hidayah Alquran.

Perlu sekali kita semua yang belajar Alquran. Tidak mengapa bila itu pun sedikit demi sedikit. Jangan lepas dari Alquran dengan juga terus meningkatkan keikhlasan ibadah kepada Allah.

*) Gubernur NTB