REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran Bulan Ramadhan kerap disertai berbagai aktivitas khas Ramadhan, misalnya Sahur On The Road (SOTR). Namun belakangan SOTR kerap menjadi muara terjadinya kerusuhan antar kelompok.
"Secara angka kamtimbas tiga tahub terakhir ini abis setelah SOTR selalu ada trek-trekan lalu terjadi perkelahian," kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Suntana di Mapolda Metro Jaya, Rabu (24/5).
Menyikapi fenomena tersebut, polisi berencana mengalihkan rencana SOTR ke arah yang lebih positif, yakni Sahur On The Mosque (SOTM). Menurut Suntana, dalam merubah konsep SOTR menjadi SOTM, polisi akan berkoordinasi dengan para ulama dan kyai. Koordinasi itu berupa penyusunan program-program.
"Kita sama-sama sahur di masjid, kita ceramah, kita buka sahur bersama," ujarnya mencontohkan.
Suntana menambahkan, jika warga Depok, Tangerang atau Bekasi akan melakukan kegiatan SOTR, baiknya kegiatan itu dilakukan di wilayah masing-masing. Sehingga tidak perlu menuju ke Jakarta. Peserta pun harus memberi tahu polisi dan tidak melakukan penutupan jalan.
"Tidak perlu juga membawa bendera sehingga terjadi merasa tidak enak dengan kelompok yang lain sehingga tidak jadi masalah," kata dia.
Lebih lanjut Suntana mengklaim jika antar polisi dan ormas telah menjalin kesepakatan untuk tidak melakukan sweeping secara sepihak. Nantinya jika terdapat tempat yang kerap melanggar ketertiban Ramadhan, maka harus dilaporkan terlebih dahulu ke polisi.
Selain perkara SOTR, polisi juga menghimbau agar masyarakat tidak membeli petasan-petasan yang dilarang. Masyarakat masih diperbolehkan membeli sejumlah jenis petasan yang tidak berbahaya.