"Ramadhan bulan yang luar biasa, jarang datangnya, Alhamdulillah masih dapat umur buat ketemu lagi," ujar seniman 37 tahun kelahiran Kairo, Mesir, itu.
Fauzi menyatakan ingin menjadikan Ramadhan sebagai waktu untuk fokus beribadah bersama orang tua dan keluarga. Seiring umur yang terus bertambah, ia bertekad menjadi pribadi yang lebih baik termasuk dalam hal spiritual.
Ia mengaku tidak ingin membahas sejumlah target ibadah yang akan dilakukan selama Ramadhan berlangsung. Pemeran film Mengejar Matahari pada 2004 itu hanya berharap dapat konsisten selama 30 hari, mengingat beratnya cobaan puasa 10 hari terakhir.
Soal menu favorit, Fauzi mengaku tidak punya kekhususan atau kecenderungan tertentu. Sambil berseloroh ia mengatakan, ketika menahan lapar sejak sahur sampai berbuka, semua makanan akan terlihat enak dan jadi favorit.
"Lapar mata, semua makanan mau dimakan pastinya, yang enggak enak bisa kelihatan enak. Favoritnya apa saja asal makannya bersama keluarga," ucapnya.
Setelah fokus ibadah, Fauzi punya proyek film istimewa yang proses produksinya berlangsung usai Ramadhan. Ia membintangi film layar lebar 212, The Power of Love tentang Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 produksi Warna Pictures di bawah arahan sutradara Jastis Arimba.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Fauzi Baadila
