Mengapa Puasa Harus Tetap Beraktivitas?

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ilham

Rabu 24 May 2017 20:58 WIB

Olahraga ringan saar puasa (ilustrasi). Foto: Republika/Prayogi Olahraga ringan saar puasa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berpuasa bukan berarti menghentikan aktivitas fisik rutin. Sejumlah penelitian bahkan menyebutkan aktivitas saat berpuasa berpengaruh baik untuk tubuh. Bagaimana bisa?

Menurut buku 'Terapi Puasa' Dr. Abdul Jawwad ash-Shawi, literatur kedokteran banyak menjelaskan bahwa gerakan otot pada fase pascapenyerapan makanan bisa mengoksidasi sekumpulan khusus asam amino. Di antaranya asam amino dengan mata rantai bercabang, seperti liosin, esoliosin, dan palin.

Menurut M.Y. Sukkar dalam buku 'Concise Human Physiology', asam-asam ini memang hanya bisa dioksidasi di dalam otot. Perlu enzim tertentu untuk bisa mengonversi asam amino tersebut yang hanya ada pada sel otot.

Oksidasi ini akan menghasilkan energi untuk sel otot sehingga terbentuk dua asam amino, yakni asam alanin dan glutamin. Dua asam amino ini sangat penting bagi tubuh. Asam alanin merupakan bahan bakar utama produksi glukosa baru.

Sementara asam glutamin masuk dalam produksi asam nukleus. Dengan beraktivitas, otot juga akan menghasilkan asam laktat dan piruvat. Keduanya merupakan bahan bakar utama dalam pembentukan glukosa liver.

"Ini berarti, setiap aktivitas otot saat berpuasa malah akan memberi bantuan untuk pembentukan energi baru," katanya. Dengan kata lain, produksi glukosa baru malah akan meningkat saat peningkatan gerakan otot. Ini bisa tiga kali lipat dari saat berdiam diri saja.

Tidak aneh jika semakin banyak kita diam, maka kita akan semakin lemas. Sebaliknya, jika tetap beraktivitas normal, maka tubuh akan tetap bisa menyesuaikan diri dengan glukosa-glukosa baru yang dihasilkan tubuh.

Terpopuler