REPUBLIKA.CO.ID, Sebelum Ramadhan, umat Muslim bertemu lebih dulu dengan bulan Syaban. Syaban merupakan bulan penting dalam kalender Hijriyah karena berbagai alasan.
Di bulan inilah umat Muslim mulai bersiap menyambut Ramadhan. Di bulan ke delapan ini pula Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW mengubah arah kiblat dari Masjid Aqsa di Yerussalem ke Kabah, Makkah, Arab Saudi. Kala itu, Masjid Aqsa sudah menjadi kiblat shalat selama 13 tahun.
Allah SWT menurunkan ayat suci Alquran kepada Muhammad SAW yang memerintahkannya dan semua umat Islam menghadap Kabah ketika shalat. Sebagian besar ahli agama yakin peristiwa tersebut terjadi pada pertengahan Syaban.
Beberapa hadis meriwayatkan bahwa Muhammad SAW menganjurkan puasa selama Syaban. Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Anas bin Malik mengatakan, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya, "(Bulan) mana yang paling berjasa setelah puasa Ramadhan?" Muhammad SAW pun menjawab, "Puasa Syaban untuk menghormati Ramadhan."
Puasa Syaban ibarat melatih mental dan fisik untuk puasa saat Ramadhan. Mungkin ada sebagian Muslim kesulitan memulai puasa Ramadhan, namun jika mulai berpuasa sejak beberapa hari di Syaban, maka tubuh akan terbuasa berpuasa dan kita tidak akan merasa lesu dan lemas saat Ramadhan datang. Syaban seperti pengantar Ramadhan dan memiliki beberapa kesamaan dengan Ramadan seperti berpuasa, membaca Alquran, dan memberi sedekah.
Usamah ibn Zaid berujar, "Saya berkata kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat Anda berpuasa dalam bulan apa pun seperti yang Anda lakukan di bulan Syaban."
Nabi SAW bersabda, "Orang-orang mengabaikan bulan antara Rajab dan Ramadhan ini. Pada bulan ini, tindakan orang-orang diperlihatkan kepada Allah, jadi saya menyukai perbuatan saya untuk diperlihatkan ketika saat saya sedang berpuasa. (Hadits Riwayat Abu Dawood dan An-Nasaa'i).