Jumlah Kecelakaan Bus Turun 41 Persen

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: Bilal Ramadhan

Jumat 15 Jul 2016 11:39 WIB

Kendaraan minibus Avanza mengalami kecelakaan terguling di tol Cipali, Ahad (3/7). Foto: Republika/Lintar Kendaraan minibus Avanza mengalami kecelakaan terguling di tol Cipali, Ahad (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kecelakaan yang melibatkan bus pada penyelenggaraan angkutan Lebaran tahun 2016 menurun cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya.

Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Pudji Hartanto mengatakan, dari data Korlantas Polri, kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan  pada Angkutan Lebaran 2016, mulai H-6 sampai dengan Kamis (14/7),  jumlah kecelakaan yang melibatkan bus sebanyak 148 kecelakaan.

"Jumlah tersebut menurun 41 persen dibanding tahun lalu, yaitu sebanyak 249 kecelakaan," katanya, Jumat, (15/7).

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah kecelakaan bus pada tahun ini. Faktor yang pertama yaitu adanya instruksi dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan untuk melakukan pemeriksaan kelaikan atau ramp check secara menyeluruh terhadap bus-bus sebelum dan saat penyelenggaraan angkutan lebaran berlangsung.

"Kami melakukan ramp check terhadap bus-bus AKAP, yang menjadi tanggung jawab Kemenhub. Dari total 14 ribu bus, kami berhasil melakukan ramp check sebanyak kurang lebih 10.000 bus AKAP," jelas Pudji.

Pudji mengakui, tidak bisa melakukan ramp check ke 14.000 bus karena mengalami beberapa kendala. Salah satu kendala disebabkan banyak bus-bus yang menghindari pemeriksaan petugas dengan tidak datang ke terminal, melainkan bersembunyi di pool-pool bus yang ada.

Sementara faktor lainnya yang menyebabkan menurunnya kecelakaan bus, yaitu karena menurunnya jumlah penumpang angkutan bus pada tahun ini. Tercatat, jumlah penumpang bus pada tahun ini sekitar 4,2 juta orang, atau menurun 12,29 persen dibanding tahun lalu yang jumlah penumpangnya mencapai sekitar 4,8 juta orang.

Menurunnya jumlah penumpang, terang Pudji, disebabkan oleh beberapa hal. Beralihnya penumpang ke moda kereta api dan pesawat udara yang pada tahun ini yang  jumlah penumpangnya mengalami kenaikan.

Selain itu, masih banyaknya masyarakat yang mudik menggunakan kendaraan pribadi baik dengan mobil maupun sepeda motor. Dari sisi keselamatan dan kenyamanan, bus  masih dianggap kurang nyaman. Ini juga mempengaruhi turunnya jumlah penumpang bus.

Menurut Pudji, masih kurangnya faktor keselamatan dan kenyamanan angkutan bus menjadi tantangan Ditjen Perhubungan Darat memperbaiki kondisi tersebut guna mengembalikan kepercayaan masyarakat menggunakan angkutan bus.

Ke depan ini menjadi pekerjaan rumah perhubungan darat bagaimana menjaga kelaikan angkutan bus secara optimal. "Setelah itu terpenuhi, baru diatur kenyamanan melalui pengaturan standar pelayanan minimal. Selain itu, terminalnya juga nanti akan ditata," ujar Pudji.

Terpopuler