Arus Balik Jalur Utama Bantul Padat

Red: Ani Nursalikah

Ahad 10 Jul 2016 15:48 WIB

Ilustrasi - Kepadatan arus balik. Foto: Republika/Wihdan Hidayat Ilustrasi - Kepadatan arus balik.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Arus balik pemudik Idul Fitri 1437 Hijriyah yang melintas di sepanjang jalan lingkar selatan atau jalur utama wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (10/7) tampak padat.

Pantauan di simpang empat Wojo Jalan Lingkar Selatan terlihat kepadatan arus kendaraan dari timur ke barat didominasi kendaraan dengan plat luar DIY seperti Nopol B (Jakarta) serta D (Bandung) dan sebagian daerah Jawa Barat itu antre di simpang lampu.
 
Sedangkan kepadatan arus lalu lintas kendaraan pemudik dari arah barat ke timur yang melewati simpang empat tersebut didominasi dengan plat Nopol AD (Surakarta dan sekitarnya) dan L (Surabaya) dan sebagian wilayah Jawa Timur.
 
Namun demikian, volume arus kendaraan pada tiga hari setelah Lebaran 2016 ini lebih didominasi dari arah timur ke barat. Bahkan antrean di simpang empat jalan lingkar selatan mencapai beberapa kilometer dari yang hari biasa kurang dari satu kilometer.
 
Kepadatan arus di jalan lingkar selatan ini membuat anggota kepolisian memberlakukan rekayasa lalu lintas secara manual, yaitu meloloskan kendaraan dari arah timur dan barat untuk lurus dengan menghentikan sementara kendaraan yang belok kanan ke selatan dan utara.
 
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Bantul, Suwito sebelumnya mengatakan puncak arus balik untuk angkutan darat pada Lebaran 2016 diprediksi pada Ahad (10/7), sebab pada hari berikutnya atau Senin (11/7) para pemudik sudah kembali ke perantauannya.
 
"Puncak arus balik angkutan darat diprediksi terjadi pada Ahad (10/7) baik siang hingga malam sebab para pemudik sudah harus masuk kerja pada Senin (11/7)," katanya.
 
Menurut dia, berdasarkan rapat forum lalu lintas bersama instansi terkait di DIY, pemudik yang menggunakan sepeda motor diperkirakan meningkat hingga 50 persen dibandingkan 2015. Sedangkan pemudik dengan mobil pribadi meningkat 4,5 persen.
 
"Untuk penumpang angkutan umum bus justru menurun sekitar dua persen. Ini dikarenakan adanya kepemilikan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat," katanya.