REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Seorang pria bernama Arya Pradana mendadak ngotot ingin ikut prosesi Ngabekten di Keraton Yogyakarta pada Kamis (7/7). Demi memperoleh izin masuk, ia sempat mengaku-ngaku sebagai staf RI1 yang mendapat tugas khusus kepresidenan pada staf Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.
Padahal acara sungkeman kepada Sultan Hamengku Buwono X (Ngabekten) hari pertama hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu. Bahkan izin peliputan acara tersebut hanya diberikan pada beberapa awak media.
Agar bisa masuk ke dalam area Ngabekten, tamu undangan harus mengenakan pakaian pranakan khas jawa. Akibat kerusuhan yang dibuatnya, Arya ditahan oleh petugas keamanan Keraton Yogyakarta.
"Waktu ditahan dia malah ngomel-ngomel, lalu bilang kalau tidak ada bapaknya, Sultan dan GKR Hemas tidak akan pernah menikah," tutur reporter salah satu media masa yang juga menjadi saksi mata kejadian tersebut, Fuska, Kamis (7/7).
Karena kericuhan tersebut, akhirnya wartawan mencoba mengonfirmasi identitas Arya sebagai staf RI1 kepada Kepala Staf Presiden, Ary Dwiprayana. Ary sendiri langsung mengonfirmasi hal tersebut. Menurutnya tidak ada nama Arya Pradana dalam daftar Kantor Staf Kepresidenan (KSP).
"Tidak ada dalam list pegawai KSP," kata Ary melalui pesan singkat. Ia bahkan meminta agar Arya menunjukkan identitas staf KSP berupa ID Card. Hal tersebut harus dilakukan sebagai bentuk pembuktian bahwa ia merupakan pegawai KSP.
Setelah diselidiki, Arya sendiri memang orang yang sering mengaku-ngaku sebagai pegawai atau pertugas institusi tertentu. Sebelumnya ia pernah mengaku sebagai dokter di Real Madrid dan motivator bagi siswa-siswi sekolah dasar.