REPUBLIKA.CO.ID, PRUPUK -- Ratusan kendaraan pada Selasa atau H-2 terlihat mogok di sepanjang jalur alternatif Ketanggungan-Prupuk, dan jalur utama utama Slawi-Prupuk-Ajibarang karena kehabisan bahan bakar minyak (BBM). Pantauan di lapangan, Selasa (5/7) sore akibat kendaraan mereka mogok di tengah jalan, pemudik terpaksa berjalan kaki atau menyewa ojek untuk memburu bahan bakar seperti di SPBU Larangan, SPBU Prupuk dan SPBU Ajibarang.
Mereka antre dengan membawa botol bekas mineral dan jeriken kecil dan rata-rata rela antre berjam-jam demi 3-5 liter BBM. Ratusan kendaraan juga tampak mengular di setiap SPBU bahkan membentuk dua antrean sampai keluar SPBU seperti terlihat di SPBU Prupuk dan Larangan.
Antrean kendaraan ke SPBU mencapai dua kilometer, dan ini yang menyebabkan arus kendaraan pemudik di jalur alternatif dan jalur utama ke Selatan Jawa tersendat. Riski, warga Lembah Griya Depok mengaku, antre membeli BBM sejak Senin tengah malam dan baru bisa mengisi kendaraannya di SPBU Larangan pada Selasa pukul 07.00 WIB pagi.
"Pengelola SPBU membatasi pembelian maksimal Rp250 ribu per kendaraan dan banyak calo BBM yang menawarkan bensin dengan harga dua sampai tiga kali lipat," katanya yang mengunakan minibus putih.
Ia mengungkap selepas mengantre di SPBU, kendaraannya masih terus bergerak tersendat dan baru sampai mencapai di titik kemacetan terparah di perempatan Klonengan lima jam kemudian. Selepas itu pemudik masih menghadapi kemacetan setiap menjelang SPBU karena antrean mengular sampai jalan raya.
Sejumlah pengendara lain dengan terpaksa membeli premiun dan pertamax di sejumlah pedagang eceran dengan harga Rp40 ribu sampai Rp 50 ribu per liter. "Saya terpaksa membeli dua liter saja, supaya cukup untuk antre ke SPBU Prupuk. Mahal amat mas," kata Muhidin yang sudah antre sejak Selasa siang dan diperkirakan tiga jam lagi baru bisa mengisi BBM.
Pedagang pengecer mengungkapkan, mereka menjual mahal karena mengambil BBM dari pengecer di sejumlah desa dengan harga Rp 30 per liter. "Saya menjual 50 ribu karena beli dari pengecer sudah mahal," kata Tonari, warga Kubangsari, Ketanggungan.
Diperkirakan ratusan pemudik pasrah memasuki malam takbiran sampai Lebaran Idul Fitri di jalan, karena masih berupaya mencari BBM dan masih mengantre di sejumlah jalur alternatif.