"Selamat Tinggal Wahai Ramadhan, Tinggalkan Kami Beserta Ampunan"

Red: Irwan Kelana

Selasa 05 Jul 2016 10:26 WIB

Dr H Muhammad Zakir Husain Lc MA. Foto: Irwan Kelana/Republika Dr H Muhammad Zakir Husain Lc MA.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari ini, Selasa (5/7/2016)  hari terakhir Ramadhan 1437 H. Nanti petang bulan yang selalu dirindukan oleh orang-orang saleh itu akan pergi meninggalkan umat Islam. Entah, apakah seorang Muslim akan berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan ataukah tidak. Sebab, siapa yang bisa menjamin usianya akan panjang paling tidak hingga setahun ke depan.

Menurut  Dr H Muhammad Zakir Husain Lc MA, agar kepergian Ramadhan 1437 H berkesan, maka kaum Muslimin harus mengambil pesan-pesan yang dibawa oleh Ramadhan ketika datang kepada kaum Muslimin. “Setidaknya ada empat pesan Ramadhan yang harus kita petik dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Muhammad Zakir Husain saat mengisi Kuliah Shubuh di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Jakarta, Selasa (5/7/2016).

Pesan pertama, kata Zakir, Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan rahmat (kasih sayang). “Setelah digembleng selama satu bulan, apakah sifat rahmat itu sudah melekat dalam diri kita,” tutur doktor lulusan Al-Azhar University Kairo, Mesir itu.

Zakir lalu mengajak jamaah mencontoh Nabi Yusuf as. Dia dimusuhi oleh saudara-saudaranya, diceburkan ke sumur, bahkan hampir saja mau dibunuh. Namun saat roda berputar, Yusuf menjadi penguasa, dan saudara-saudaranya dalam keadaan lemah tidak berdaya, Yusuf sama sekali tidak membalas dendam kepada mereka.

Bahkan Yusuf tidak pernah sekalipun menyebut-nyebut kejahatan saudara-saudaranya. Ia memaafkan dan memuliakan mereka. “Dari Nabi Yusuf  kita bisa belajar untuk menjadi Muslim yang kaya  hati dan suka memaafkan. Itulah salah satu pesan Ramadhan,” ujar Zakir.

Termasuk dalam pesan rahmat ini adalah menyebarkan kedamaian di mana pun berada. “Ramadhan mengajarkan kepada kita agar selalu menyebarkan kedamaian dan kasih sayang kepada sesama di manapun kita berada,” kata Zakir.

Pesan kedua, Zakir menambahkan, Ramadhan adalah bulan tarbiyah atau latihan bagi kaum Muslimin untuk menyadari kekerdilan dirinya di hadapan Allah Yang Maha dalam segala hal. “Gelar yang berderet, pangkat tinggi, jabatan mentereng, harta yang melimpah, semua itu tidak ada artinya, tidak ada apa-apanya di hadapan Allah Yang Mahakuasa, Mahakaya, Mahagagah dan segala sifat maha lainnya,” tegasnya.

Dengan kata lain, ujar Zakir, Ramadhan mengajarkan seorang Muslim agar menjadi hamba Allah yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.

Pesan ketiga, kata Zakir, Ramadhan adalah bulan syukur. Hal itu terutama ditandai dengan pembayaran zakat fitrah. “Jangan lihat jumlahnya, zakat fitrah hanya 2,5 kg. Yang lebih penting diperhatikan adalah filosofi zakat fitrah, yakni setiap orang yang hidup harus menghidupkan orang lain,” tuturnya.

Filosofi zakat fitrah itu juga  mengajarkan kepada kaum Muslimin untuk mengelola dan menyalurkan harta agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat. “Misalnya, menggunakan harta untuk membangun masjid, sekolah, pesantren, rumah sakit dan lain-lain,” ujarnya.

Pesan keempat, kata Zakir, Ramadhan merupakan bulan jihad. “Jihad tidak selalu berarti perang. Jihad adalah bersungguh-sungguh melakukan kebaikan untuk menggapai ridha Allah. Termasuk di dalamnya bersungguh-sunggguh dalam belajar, mengajar, serta membangun berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan umat,” papar  Zakir.

Jika keempat pesan Ramadhan itu sudah dipegang teguh oleh umat Islam, kata Zakir, maka kepergian Ramadhan insya Allah menyisakan pelajaran yang menjadi bekal umat Islam dalam menghambakan diri kepada Allah SWT.

Seperti kata orang arif: Muwadda’, muwadda’, yā ramadhān, muwadda’, wa ‘alainā bil ghufrān. Selamat tinggal, selamat tinggal, wahai Ramadhan, selamat tinggal dan, atas kami, (semoga Allah SWT melimpahkan) ampunan.