'Kesamaan Berlebaran Bukan Hal yang Dipaksakan'

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah

Senin 04 Jul 2016 20:22 WIB

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj Foto: Republika/Agung Supriyanto Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Nahdliyin dipastikan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1437 Hijriah Rabu (6/7) setelah tim pemantauan rukyat hilal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNJU) di sejumlah titik belum melihat hilal. Dengan begitu, pelaksanaan Lebaran dipastikan bersamaan dengan perhitungan hisab Muhammadiyah.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj mengatakan penetapan jatuhnya 1 syawal 1437 Hijriah pada Rabu (6/7) berdasarkan pantauan objektif ilmiah yang dipegang PBNU yakni melalui sistem rukyat. "Kesamaan ini bukan hal yang dipaksakan tapi berdasarkan objektikf ilmiah yang dipegang oleh NU yakni rukyah. Kebetulan tahun ini (perhitungan) rukyat dengan (perhitungan) hisab baik Ramadhan maupun Syawal ini sama," ujar Said dalam keterangannya di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (4/6).

Ia pun menolak jika kesamaan jatuhnya 1 Syawal sengaja dilakukan untuk keseragaman perayaan Lebaran semata. Menurut dia, penetapan jatuhnya 1 Syawal memang berdasarkan argumentasi masing-masing pihak. "Jadi bukan semata-mata hanya ingin mewujudkan keseragaman, tidak," ujarnya.

Ia menyontohkan penetapan 1 Syawal sebelumnya yang diketahui ada perbedaan terkait jatuhnya Hari Raya Idul Fitri. Namun, hal itu tidak masalah jika masing-masing pihak memegang argumentasinya. "Bila perlu, kalau tidak sama ya enggak apa-apa tidak sama. Karena dasar argumentasinya beda, akan tetapi yang tahun ini sama kebetulan sama," katanya.

Diketahui, PBNU mengumumkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1437 H jatuh pada Rabu (6/7). Hal ini diketahui setelah Tim Rukyatul Hilal PBNU atau lembaga Falakiah PBNU melakukan pemantauan hilal secara langsung pada Senin (4/6) atau hari ke-29 Ramadhan di 42 titik se-Indonesia.

Hasilnya dari pemantauan tersebut, dilaporkan tim tidak berhasil melihat hilal atau minus satu derajat. Padahal sesuai ketentuannya, hilal dikatakan sempurna jika lebih dari dua derajat.

"Karena tidak melihat maka kami ambil satu kaidah dalam Alquran istikmal menyempurnakan jadi 30 hari, dengan demikian umur bulan Ramadhan 1437 Hijriah adalah 30 hari (istikmal)," ujar Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU, Sohibul Faroji.

(Baca Juga: NU dan Muhammadiyah Lebaran Bareng)

Terpopuler