REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalender Hijriyah yang di dalamnya terdapat hari-hari besar seperti awal Ramadhan, 1 Syawal, dan lainnya diharapkan ditetapkan permanen layaknya kalender Masehi. Penetapan tersebut hendaknya dilakukan sebelum tibanya hari-hari penting tersebut.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Sodik Mudjahid tidak menampik untuk penetapan hari-hari penting tersebut perlu kehati-hatian. Namun, saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi cukup modern. Ditambah lagi banyaknya pakar Muslim yang sangat mumpuni dalam bidang astronomi serta menguatnya kemampuan lembaga-lembaga keastronomian di Indonesia.
Atas alasan tersebut, Sodik menilai umat Islam Indonesia sudah mampu menghitung secara akurat tibanya hari-hari raya Islam beberapa tahun sebelum jatuhnya hari penting tersebut. "Di sinilah sidang itsbat digelar, yakni beberapa tahun sebelumnya untuk menetapkan kalender Hijriyah yang akan berlaku puluhan tahun. Jadi sidang itsbat tidak digelar tahunan jelang tibanya hari-hari penting tersebut," ujarnya, Senin (4/7).
Dengan begitu, pada H-1 hari raya Islam, menteri agama hanya mengingatkan dan mengukuhkan kembali tibanya hari tersebut tanpa harus melakukan sidang itsbat lagi. Politikus dari Partai Gerindra tersebut mengatakan, dengan cara ini, ada beberapa hikmah yang dapat diambil.
Pertama, umat Islam sudah mendapat kepastian jauh lebih awal tentang tibanya hari-hari raya penting tersebut. Kedua, menghemat energi, terutama energi psikologis ketika berbeda pendapat dalam sidang itsbat tiap tahun.
Ketiga, Islam dan umat Islam sesuai fitrahnya akomodatif, bahkan terangsang menjadi terdepan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), termasuk dalam bidang astronomi. Keempat, mengurangi perbedaan pendapat jelang menghadapi hari raya penting.
"Walau perbedaan pendapat adalah rahmat, tapi ketika berbeda pendapat urusan masif dan jelang hari-hari raya penting, hal tersebut dirasakan kurang nyaman dan kurang menguntungkan bagi umat," ujar Sodik.