REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Pemudik yang melalui jalur darat di wilayah Sulawesi Tenggara diimbau untuk tetap berhati-hati karena arus lalulintas yang semakin padat bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Direktur Lalulintas Polda Sultra, Kombes Pol Rudi Antariksawan mengatakan pemudik yang mengunakan jalur darat harus memperhatikan kesehatan fisik, menggunakan kendaraan yang layak jalan, serta melengkapi surat-surat kendaraan bermotor.
"Kami juga bekerja sama dengan pihak swasta menyiapkan bengkel darurat disepanjang jalur mudik, termasuk penyediaan alat berat guna mengantisipasi terjadinya tanah longsor yang menghambat arus mudik," ujarnya di Kendari, Senin (4/7).
Rudi Antariksawan menambahkan, kondisi jalur darat yang biasa digunakan pemudik lebaran, secara umum dalam kondisi baik, meski masih sekitar 20 persen, terjadi kerusakan di beberapa titik, terutama jalur Kendari-Kolaka-Kolaka Utara dan Jalur Kendari-Konawe Selatan dan Kendari-Konawe Utara.
Puncak arus mudik lebaran 1437 hijriah, diprediksi terjadi sejak H-4 Lebaran atau 1 Juli 2016, terutama dijalur penyeberangan laut antar daerah dan antar pulau.
Kepadatan arus mudik lebaran itu terutama dari Kendari menuju penyeberangan feri Torobulu (Konawe Selatan) menuju Tampo (Muna) serta penyeberangan feri Kolaka (Sultra) menuju Bajoe (Sulawesi Selatan) dan penyeberangan feri Amolengo Konawe Selatan menuju Labuan (Buton Utara).
Keterangan yang dihimpun dari sejumlah penumpang yang melalui jalur penyeberangan Torobulu-Tampo, dengan dua armada feri yang disiapkan pihak ASDP, setiap pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi baru bisa mendapat antrian berangkat dengan harus menunggu antara 12-15 jam dan bahkan lebih.