Nikmatnya Mengkhatamkan Alquran

Red: Damanhuri Zuhri

Senin 04 Jul 2016 01:23 WIB

Santri Ponpes Nuu Waar, Bekasi tengah melaksanakan khataman Alquran Foto: ROL/Damanhuri Zuhri Santri Ponpes Nuu Waar, Bekasi tengah melaksanakan khataman Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Di tengah umat Muslim Indonesia sibuk melaksanakan mudik ke kampung halaman guna merayakan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriyah, ratusan santri Pondok Pesantren Nuu Waar Bekasi, Jawa Barat, justru tengah 'sibuk' mengkhatamkan Alquran untuk kali ke-577.

''Alhamdulillah, hari ini, para santri Pondok Pesantren Nuu Waar Bekasi, berhasil mengkhatamkan kitab suci Alquran untuk yang ke 577,'' ungkap Presiden Al Faatih Kaaffaah Nusantara (AFKN), Ustaz Fadzlan Gharamatan sesaat menjelang buka puasa, Ahad (3/7).

Ustaz Fadzlan Gharamatan mengungkapkan, semangat para santri Pondok Pesantren Nuu Waar sejak awal Ramadhan, terus terjaga hingga Ahad (3/7). ''Alhamdulillah, semangat para santri untuk membaca Alquran terus terjaga,'' ungkap Ustaz Fadzlan.

Ia kemudian menjelaskan methode khataman Alquran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nuu Waar. Para santri yang jumlahnya ratusan orang, terbagi dalam beberapa kelompok yang kemudian tiap kelompok membacakan satu juz Alquran. ''Dengan cara itu, para santri dapat mengkhatamkan Alquran secara bersamaan dengan beberapa kali khatam,'' ungkap Ustaz Fadzlan.

Ustaz Fadzlan menjelaskan, tujuan dari khataman Alquran yang digelar Pondok Pesantren Nuu Waar setiap Ramadhan, agar para santri dapat mencintai Alquran. ''Tujuannya agar para santri terbiasa membaca Alquran,'' papar Ustaz Fadzlan.

Ustaz Fadzlan Gharamatan berharap, semangat membaca Alquran di kalangan santri, terus terjaga meskipun bulan suci Ramadhan telah berakhir. ''Mudah-mudahan semangat Ramadhan, terutama dalam membaca Alquran akan terus hidup di hati para santri,'' ujarnya penuh harap.

Lantas, tak adakah semangat para santri Pondok Pesantren Nuu Waar yang seluruhnya berasal dari berbagai daerah di Papua untuk mudik ke kampung halaman? Menurut Fandi, salah satu santri yang sudah dua tahun nyantri di Bekasi, dirinya tahun ini juga tidak akan mudik ke kampung halaman.

''Untuk mudik ke kampung halaman? Wah, nggak gampang,'' ungkap Fandi, santri asal Fak-fak yang mengaku sudah hafal dua juz Alquran. Dia menyebutkan, tingginya biaya serta lamanya perjalanan ke Nuu Waar (Papua) mengakibatkan para santri lebih banyak berlebaran di pesantren.

''Apalagi setelah Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriyah akan diselenggarakan Study Motivation Training di pondok pesantren, sebagai pembekalan bagi para santri untuk mengikuti pendidikan,'' ungkap Ustaz Fadzlan menjelaskan.

Karena para santri tidak mudik lebaran, menurut Ustaz Fadzlan, tak sedikit dari orang tua santri yang justru datang dan berlebaran di pondok pesantren di kawasan Setu, Bekasi, Jawa Barat. ''Saat ini, sudah ada tiga keluarga yang sudah tinggal di pesantren,'' jelas Ustaz Fadzlan.