Cerita Mudik Kisno, 1 Mobil untuk 10 Orang di Kemacetan Pantura

Rep: Kabul Astuti/ Red: Nur Aini

Ahad 03 Jul 2016 17:34 WIB

Pemudik (ilustrasi) Foto: Republika/ Wihdan Pemudik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BREBES --  Lalu lintas arus mudik Lebaran 2016 di kawasan Pantura depan Terminal Tanjung, jalan penghubung Cirebon-Brebes mengalami kemacetan parah. Pemudik yang terjebak kemacetan pun harus ekstra bersabar untuk melalui kemacetan.

Kisno (45 tahun), warga Singorojo, Kendal, Jawa Tengah harus melalui kemacetan itu saat panas terik, Ahad (3/7). Mengendarai kendaraan roda empat Colt L 300, Kisno mudik bersama sepuluh orang anggota keluarga, tetangga, dan kerabatnya. Mereka adalah orang-orang senasib sepenanggungannya di rantau yang masih sekampung halaman. Ia berangkat dari Jakarta Selatan pada Sabtu (2/7) pukul 21.00 selepas tarawih.

Waktu tempuh normal dari Jakarta menuju Kendal menurut dia berkisar 12-13  jam. Kisno memperkirakan, pagi tadi seharusnya dia sudah sampai kampung halaman. Tapi, ia tak bisa mengelak dari kemacetan lalu lintas di Jalur Pantura pada masa mudik Lebaran. Kemacetan arus mudik tahun ini dinilai sangat parah. Alih-alih lancar, Colt L-300 warna hijau tua itu justru terjebak macet mulai pukul 06.30 pagi tadi.

"Panasnya... Nggak bisa cari angin," keluh Kisno, kepada Republika.co.id, Ahad (3/7). Sesekali ia melongokkan kepala mencari udara segar.

Wajar saja, mobil itu penuh sesak berisi sepuluh orang. Jok bagian depan yang harusnya diduduki dua orang, terisi oleh tiga penumpang. Mobil tersebut juga tidak dilengkapi AC atau kipas. Beberapa perempuan di kursi penumpang bagian belakang tak henti-hentinya menggerakkan kipas.

Kisno mengaku terjebak macet mulai dari Losari, Kabupaten Brebes. Walau sudah lebih dari setengah hari, kendaraannya masih belum juga bergerak meninggalkan Brebes. Ia baru sampai dekat Tol Pejagan ketika waktu menunjukkan pukul 16.00. Untung saja, tidak ada anak kecil di mobilnya. "Dewasa semua. Kalau ada anak kecil, payah," kata Kisno.

Sejumlah pemudik yang tak sabar mengambil jalur melawan arus. Para petugas kepolisian di lapangan pun kewalahan mengembalikan pemudik ke jalur semula.

"Alon-alon waton klakon (pelan-pelan asal selamat) jadi prinsip Kisno. Meski banyak yang melawan arus, Kisno tetap memilih santai. Ia tahu kalau melawan arus tidak benar. Daripada mencari gara-gara dengan anggota polisi, Kisno memilih sabar.

"Alon-alon (pelan-pelan). Daripada ada urusan, jalanilah. Kalau memang macet ya macet," kata lelaki berperawakan kurus itu. Setiap tahun, Kisno memang terbiasa mudik mengendarai mobil colt-nya. Rasanya ada yang kurang bila tak melewatkan Lebaran bersama sanak saudara di kampung.

Ia sudah punya stok kesabaran yang cukup untuk menghadapi arus mudik. Pada musim mudik beberapa tahun lalu, ia bahkan pernah terkena macet sampai sehari semalam.

Kisno tak pernah mencoba naik kendaraan umum. Membawa mobil sendiri diakuinya lebih santai. Ia juga bisa mudik membawa seluruh sanak saudara. Biar pun terkena macet semalaman, kata Kisno, mereka tetap bisa berkumpul. Pulang ke kampung halaman bersama-sama. Berbagai barang tampak menggunung di atap mobilnya yang tertutup terpal hitam.

Dalam kondisi jalur Pantura macet parah, Kisno mengeluhkan kurangnya personil kepolisian di lapangan. Ia mengaku hanya melihat satu dua petugas saja. Hal itu membuat penguraian arus kepadatan kendaraan kurang maksimal. Apalagi, kata dia, banyak pemakai jalan yang tidak tertib berkendara. Mereka seenaknya mengambil jalur lain sehingga kemacetan sempat terjadi di kedua arah.

"Sudah dijaga saja masih diangkat tadi palangnya. Ditinggal polisi lari ke tempat lain, palang diangkat lagi," tutur dia. Lelaki 45 tahun itu berharap bisa sampai Kendal pada pukul 21.00 malam. Tapi, ia pun mengaku tak yakin. Hal ini karena, pangkal kemacetan di pintu tol Brebes Timur baru akan dia lalui.

Terpopuler