REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penganut Tarekat Naqsabandiyah di Sumatra Barat (Sumbar) menggelar takbiran menyambut Hari Raya Idul Fitri 1437 H pada Ahad (3/7) malam.
"Kita akan berlebaran besok (4 Juli 2016), dan hari ini puasa terakhir, sesuai dengan hitungan kita," kata pimpinan jemaah Tarekat Naqsabandiyah Sumatra Barat, Mursyid (Guru) Syafri Malin Mudo saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/7).
Ia menuturkan, tidak ada persiapan khusus atau tradisi khusus untuk mengumandangkan takbir. Pelaksanaannya, lanjut dia, akan dilakukan di surau-surah jamaah Naqsabandiyah selepas melaksanakan ibadah shalat Maghrib.
Menurutnya, penghitungan 1 Syawal berdasarkan kalander dengan metode hisab Munjid. Metode ini, kata Syafri, bersumber dari kitab Munjid yang dipercayai jemaah Naqsabandiyah secara turun menurun.
"Metodenya sudah ada. Malah, kita sudah bisa mengetahui 1 Syawal tahun depan," ujarnya.
Syafri mengatakan, setelah selesai Ramadhan, Tarekat Naqsabandiyah akan melanjutkan enam hari puasa Syawal. "Puasa kami tetap 30 hari, kemudian ditambah Syawal lagi enam hari, jadi 36 hari," kata dia.
Menurutnya, puasa 30 hari akan terhitung seperti melakukan ibadah itu selama setahun. Serta, shalat tarawih dengan 23 rakaat dan tiga rakaat witir.
Ia menjelaskan, jika tarawih dilakukan selama bulan Ramadhan, maka setiap malam ada 12 kali salam. Sehingga, perhitungannya 30 dikalikan 12, sama dengan 360 salam. Sama saja, dengan puasa 360 kali dalam satu tahun.
"Kalau kita dibanding orang dahulu, 1 lawan 10. Artinya orang dulu shalat 50 waktu, sekarang lima waktu. Tarawihnya 12 salam dikali 30 sama dengan 360 salam. Itu yang dimaksad puasa satu tahun. Shalat Id 12 takbir, satu tahun 12 bulan. Itu artinya," tutur dia.