BMKG: Waspadai Cuaca Buruk Saat Mudik

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Angga Indrawan

Jumat 01 Jul 2016 16:55 WIB

Kapal Roro mengisi penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Merak, Banten, Selasa (21/6).  (Republika/ Wihdan) Foto: Republika/ Wihdan Kapal Roro mengisi penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Merak, Banten, Selasa (21/6). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Angin kencang, gelombang tinggi, banjir rob laut, masih mengancam masyarakat hingga 5 Juli mendatang. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMGK) berharap pemudik dan masyarakat mewaspadai cuaca buruk pada 1-5 Juli 2016.

 

Kepala BMKG Stasium Maritim Panjang, Sugiyono berharap pemudik yang pulang kampung untuk mewaspadai cuaca buruk yang akan terjadi hingga H-1 Idul Fitri 1437 H. Menurut dia, potensi angkin kencang, banjir rob, dan gelombang tinggi laut akan terjadi lima empat hari ke depan.

 

BMKG menjelaskan pada arus mudik Lebaran kali ini bertepatan pada fase bulan mati menuju bulan baru yang berdampak pada peningkatan gelombang maksimum dan air pasang, terutama wilayah-wilayah yang terbiasa kena banjir rob.

 

Menurut Sugiyono, kondisi gelombang laut di jalur penyeberangan Merak – Bakauheni masih normal  dan masih aman bagi pemudik. Meski demikian, ia berharap tetap waspada dengan kondisi cuaca yang berubah setiap saat.

 

BMKG menyebutkan kondisi cuaca buruk terjadi karena adanya peningkatan kecepatan angin timuran hingga 50 km per jam yang diprakirakan masih cukup persistent di beberapa wilayah perairan Indonesia bagian tengah dan timur. Hal tersebut dapat memicu pertumbuhan gelombang tinggi yang akan berdampak pada proses arus mudik angkutan lebaran melalui jalur laut.

 

Sedangkan untuk selatan Jawa – NTB masih terpantau terjadi gelombang tinggi yang didominasi penjalaran swell (alun) yang dibangkitkan dari pusat tekanan tinggi subtropis di Samudera Hindia sebelah barat Australia.

 

Potensi gelombang tinggi minimal duameter tersebut diprakirakan akan terjadi di perairan Indonesia selama puncak arus mudik 1 - 5 Juli 2016. Kondisi tersebut terjadi di perairan barat Kepulauan Nias dan Mentawai, Perairan Kepulauan Enggano – Bengkulu, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan,  Selat Bali bagian selatan, Selat Lombok bagian selatan, dan Laut Sawu.

Terpopuler