REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Para pemudik, baik yang melintas maupun dengan tujuan sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, diimbau mewaspadai perubahan cuaca ekstrem guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Saat ini, cuaca harus diperhatikan pemudik dan petugas posko Lebaran karena beberapa hari terakhir cuaca di Jateng tidak menentu, terkadang panas, tiba-tiba bisa hujan lebat," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Kamis (30/6).
Menurut Ganjar, perubahan cuaca yang ekstrem ini bisa menyebabkan terjadi berbagai bencana alam di sejumlah daerah. "Bencana yang kemarin terjadi di mana-mana (Kabupaten Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Surakarta, dan Kendal) harus jadi perhatian sehingga rambu-rambu kesiapsigaaan, baik dari BPBD, Basarnas, ESDM, maupun BMKG, dapat memberikan informasi lebih dini," ujarnya.
Ganjar meminta Posko Terpadu Lebaran yang dibuka pada tanggal 29 Juni s.d. 14 Juli 2016 dapat terintegrasi dan berfungsi optimal dengan menyajikan informasi serta data yang cepat, tepat, akurat, sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
"Dengan adanya posko yang terintegrasi, pemudik bisa belanja apa saja, mulai dari informasi hingga pelayanan yang nyaman," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Semarang meramalkan hujan masih akan terjadi di berbagai wilayah di Jawa Tengah selama H-7 hingga H-2 Lebaran 2016.
"Pada periode 29 Juni hingga 4 Juli diprakirakan masih terjadi hujan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Reni Kraningtyas.
Ia memprakirakan curah hujan rendah hingga sedang masih terjadi di seluruh wilayah Jawa Tengah. Meski demikian, kata dia, intensitas hujan paling tinggi berada di wilayah tengah dan selatan Jawa.
Adapun untuk wilayah pantura, lanjut dia, masih dimungkinkan hujan dengan intensitas rendah. Menurut dia, hujan diprakirakan akan terjadi pada sore hingga malam hari.
"Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi terjadinya hujan meski saat ini wilayah Jawa Tengah telah memasuki kemarau," ujarnya.
Ia menerangkan bahwa suhu permukaan laut yang masih cukup tinggi menyebabkan masih terjadinya penguapan yang membentuk awan hujan.
Selain itu, lanjut dia, tanda-tanda fenomena La Nina juga sudah cukup terlihat pada akhir Juni ini. "Prediksi Lanina sebenarnya sekitar Juli hingga September, tetapi pada akhir Juni ini sudah terlihat," katanya. Fenomena La Nina, kata dia, ditandai dengan masih terjadinya hujan pada musim kemarau.