REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menghadapi libur Lebaran 2016, pemerintah harus menyiapkan strategi pengangkutan sampah agar tak terjadi penumpukan sampah di berbagai wilayah. Salah satu antisipasinya, penghentian pengangkutan sampah saat libur Lebaran tak boleh lebih dari dua hari. Sebab, jika lebih dari dua hari dipastikan darurat sampah bakal terjadi seperti yang dikhawatirkan Kabupaten Bandung.
"Kalau pengangkutan sampah berhenti lebih dari dua hari, dipastikan terjadi gunungan sampah di berbagai lokasi," ujar Direktur Eksekutif Peduli Lingkungan Jawa Barat (Pelija), M Q Iswara yang ditemui dalam acara Refleksi Ramadhan "Satu Visi dan Aksi Menuju Jabar Bestari" Rabu petang (29/6).
Iswara mengatakan, pemerintah baik itu Pemerintah Provinsi Jawa Barat atau pun pemerintah di masing-masing daerah harus mengantisipasi hal ini.
"Satu-dua hari tidak masalah, tapi kalau lebih dari itu, apalagi lebih dari satu pekan dipastikan darurat sampah terjadi," kata Iswara.
Menurut Iswara, kalaupun penghentian pengangkutan harus terjadi, semua pihak harus berpartisipasi mengurangi volume sampah. Yakni, dimulai dari tingkat rumah tangga. Sebab di titik ini, sampah banyak diproduksi. Jadi, berpulang kepada kesadaran masyarakat untuk meminimalisir sampah.
"Pilah sampah, mana yang masih bisa digunakan mana yang memang terpaksa harus dibuang. Sebab tidak mungkin pengangkutan sampah berhenti," kata Iswara seraya mengatakan dua hari saja penumpukannya sudah luar biasa, apalagi lebih dari itu.
Iswara mengatakan, harus ada kesamaan visi dan aksi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan lingkungan termasuk sampah. Sebab, tanggung jawab ini bukan hanya menjadi beban pemerintah baik itu eksekutif maupun legislatif. "Tapi bagaimana masyarakat juga ikut berpartisipasi aktif," katanya.
Menurut Iswara, dari segi regulasi terkait lingkungan ini sebetulnya sudah lengkap mulai dari UU dan peraturan di tingkat pemerintah pusat juga peraturan di tingkat daerah. Masalah sampah ini, tidak akan pernah berhenti, selama manusia hidup dan beraktifitas maka akan selalu ada buangannya.
"Jadi, tinggal bagaimana masing-masing dari kita memiliki kesadaran untuk meminimalisir sampah yang dihasilkan," katanya.
Sementara menurut Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat Netty Prasetyani, setiap hari sampah yang dihasilkan seorang manusia adalah 2,5 kg sampah padat dan 3 liter sampah cair. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk di Jawa Barat maka produksi sampah per hari warga Jabar sangat besar.
"Kalau dibuat gunung, setiap hari ada berapa gunungan yang dihasilkan. Ada lebih dari 46 juta jiwa," katanya.
Apalagi, kata dia, Provinsi Jawa Barat ini sangat terbuka, magnet bagi warga dari wilayah lain dan migrasinya tinggi.
Oleh karena itu, Netty juga mengajak seluruh warga Jawa Barat untuk ikut serta mengatasi masalah ini. Sebab pemerintah tidak bisa sendiri mengatasi permasalahan ini. "Urusan lingkungan itu luar biasa, ngga bisa sendirian. Harus ada kerjasama dengan semua elemen," katanya.